Senin, 16 November 2009

Akhwat Korsad VS Ikhwan Santika

Tak seperti biasanya, pengepungan kali ini berjalan begitu lama. Maslamah sendiri, sang panglima khalifah itu tidak dapat menentukan sampai kapan pengepungan itu akan berhasil. Sementara itu, esok atau lusa pasti surat khalifah akan datang dan menanyakan mengapa ekspedisi militernya memakan banyak waktu, tidak seperti biasanya.

Insting kepemimpinannya segera menuntunnya untuk melakukan pengintaian secara rahasia. Ia berniat hendak mencari celah yang mungkin dapat menembus benteng. Maslamah yakin, bahwa kemenangan akan diperoleh, jika pasukannya mampu menembus benteng. Persoalannya, bagaimana yang memungkinkan untuk diterobos itu yang belum ditemukan. Setelah mengadakan penjajagan dengan seksama, Maslamah menyimpulkan bahwa terdapat lorong yang memungkinkan untuk ditembus. Dan itu membutuhkan relawan yang berani untuk melakukannya. Jika ia berhasil masuk ke dalam benteng, maka ia akan dapat membukakan pintu sebagai jalan masuk penyerbuan lebih lanjut. Di kemah, Maslamah membicarakan hal tersebut dengan beberapa perwiranya. Setelah selesai strategi itu dikemukakan, dengan menatap satu persatu wajah para perwiranya, Maslamah menantang siapa di antara mereka yang berani masuk menembus lorong, semuanya diam.

Maslamah tafakur, tiba-tiba dari arah lain datang tentara berkuda dengan wajah ditutup cadar. Ia mengatakan sanggup melaksanakan tugas berat tersebut saat itu juga, karena waktu tersebut dinilai tepat untuk melakukan penyusupan. Maka, ia pun segera berangkat. Maslamah pun melepas dengan bekal do’a. Beberapa waktu kemudian, terdengar suara teriakan takbir dari pintu benteng. Tampaknya dia telah berhasil menerobos benteng. Setelah berhasil membunuh penjaganya, orang bercadar itu segera membuka pintu benteng. Di depan pintu benteng ia berteriak dengan takbir berkali-kali. Suara itu seketika membangkitkan semangat kaum muslimin. Bagaikan air bah, para mujahidin fi sabilillah itu menyerbu ke dalam benteng. Dalam waktu singkat, benteng jatuh dan pasukan musuh dapat dihancurkan. Banyak di antara mereka yang mati, sementara lainnya dapat ditawan.

Setelah perang usai, Maslamah masih memikirkan prajurit bercadar itu. Ia perintahkan seluruh perwiranya untuk mencari, siapakah sebenarnya prajurit bercadar itu. Sampai waktu yang lama, tak ada juga yang mengaku. Namun tak lama berselang kemudian, datanglah orang bercadar dengan berjalan kaki. Sesampainya di depan Maslamah, ia pun bertanya,”Apakah tuan masih mencari prajurit bercadar?”. ” Benar, kaukah orangnya?”, ”Saya dapat menunjukan orangnya, asal Tuan mau berjanji kepadaku!”. ”Baiklah. Apa yang harus kujanjikan untukmu?”. ”Tuan jangan menanyakan siapa namanya. Tuan jangan memberi hadiah apapun kepadanya. Dan ketiga, tuan jangan menceritakan kepada seorangpun! Apakah tuan mau berjanji memenuhi 3 syarat itu?”. ”Ya saya berjanji. Tak akan aku bertanya siapa namanya. Tak akan aku beri hadiah kepadanya dan terakhir, aku berjanji tak akan menceritakan hal dirinya kepada siapapun.” ”Ketahuilah panglima, orang itu adalah yang ada dihadapan Tuan”. Selanjutnya setelah orang bercadar itu berlalu, Maslamah mengangkat tangannya berdo’a, ”Ya Allah kumpulkanlah aku di surga dengan orang bercadar itu!”.

Kisah di atas menggambarkan keihklasan membawa kemenangan. Imam Syahid Hasan al Banna, ”Yang saya maksud dengan ikhlas adalah bahwa seorang al akh hendaknya mengorientasikan perkataan, perbuatan, dan jihadnya hanya kepada Allah swt. Mengharapkan keridhaan-Nya, tanpa memperhatikan keuntungan materi, prestise, pangkat, gelar, kemajuan, atau kemunduran. Dengan begitu ia telah menjadi tentara aqidah, bukan tentara kepentingan yang hanya mencari kemanfaatan dunia. Dengan begitu seorang al akh telah memahami slogan ”Allah tujuan kami”. Sungguh, Allah Mahabesar dan bagi-Nya segala puji”.

Dakwah ini, dengan segala tribulasinya, membutuhkan mujahid yang tulus dan ikhlas membela Agamanya, bukan yang berharap bidadari atas amal yang telah dilakukannya, apalagi menurutnya bidadari itu telah turun ke bumi semenjak Islam mulai bangkit lagi di bumi ini. Bidadari-bidadari itu menghias diri setiap hari. Dia berwujud manusia yang berhati lembut, dipandang mata, menyejukkan dilihat, menentramkan hati setiap pemiliknya. Dialah wanita shalihah yang menjaga kesucian dirinya. Sehingga di penghujung do’anya ”Ya Allah, jadikanlah aku orang yang senantiasa dikelilingi oleh bidadari-bidadari bumi. Agar kelak di surga aku tidak canggung lagi”. Awas ikhwan santika, mujahid berjilbab yang senang dikelilingi para akhwat dan betah bekerja di lingkungan keakhwatan.

Alangkah indahnya Islam. Kedudukan manusia dinilai dari ketaqwaannya, bukan dari gendernya. Ini adalah strata terbuka sehingga siapa saja berpeluang untuk memasuki strata taqwa.

Ikhwan dan akhwat adalah dua makhluk Allah Subhanahu wa Ta’ala yang berbeda. Di lapangan, ikhwan dan akhwat harus menjaga hijab satu sama lain, namun tentu bukan berarti harus memutuskan hubungan, karena dalam dakwah, ikhwan dan akhwat adalah seperti satu bangunan yang kokoh, yang sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain. “Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. 9: 71). Dakwah selalu berubah dan membutuhkan kegesitan atau gerak cepat dari para aktivisnya. Sedangkan permasalahan dakwah di lapangan semakin kompleks, sehingga membutuhkan aktivis yang tanggap dan bisa membaca situasi. Jangan sampai seperti dalam beberapa situasi diindikasikan bahwa ghirah, militansi, dan keagresifan berdakwah akhwat lebih daripada ikhwan sehingga timbul istilah akhwat korsad, militan, perkasa, dan mandiri. Semoga alur dakwah kita kembali menemukan format yang sebenarnya, ikhwan korsad dan akhwat santika.

ikhwan apa bakwan
wajah penuh jerawat seperti thokolan
katanya karena mikirin ummat yang jutaan
tidak tahunya mikirin akhwat idaman

ikhwan apa bakwan
dari jauh nampak sopan
berjalan gagah pengen jaga pandangan
ternyata mata juga jelalatan

ikhwan apa bakwan
kalo taklim serius tahan godaan
liat ustad penuh perhatian
tapi sama akhwat kelepek-kelepek belingsatan

ikhwan apa bakwan
wajah santun jenggotan
pengen nyunah rosul tauladan
apa daya cuman bergaya biar terlihat tampan...

PENGEN NGINGETIN AZA WAN!

ada apa dengan ikhwan
mau nikah malah kelamaan
akhwatnya sudah menanti ampe jamuran (ups)
tapi tuh ikhwan gak juga khitbah akhwat idaman

ada apa dengan ikhwan
mau nikah mikirnye kelamaan
mikir makan, anak dan kontrakan
tenang Wan ente kan punya Allah yang bisa kasih bantuan

ada apa dengan ikhwan
mau nikah banyak aturan
harus cantik, putih, kaya dan menawan
inget dong apa yang rosul telah katakan

ada apa dengan ikhwan
mau nikah banyak alasan
gaji, kuliah, sampe ortu jadi sasaran
kasihan kan akhwat yang cantik nunggu kelamaaan

ada apa dengan ikhwan
baca beginian sampe marah dan menaruh dendam
peace Wan, peace Wan
cuman mengingatkan Wan (nyok makan Bakwan)..hehe


(Hanya sebuah renungan untuk yang mengaku sedang berjuang)

Wallahu’alam.

Sumber:
di situ dengan isi yang sudah diedit seperlunya.

18 komentar:

  1. Tfs ka

    Tapi dulu ak juga sempet ngerasain dimana ikhwan2nya kadang lebih lelet daripada akhwat, ^^v, pas sma c

    Yah,moga doa di tulisan di atas dikabulkan,amin

    BalasHapus
  2. wah, judulnya provokatif sekali. mantab dah!

    betewe, saya suka sekali dengan cerita Masalamah di atas. jadi ingat trilogi Takudarnya mbak Sinta Yudisia.

    BalasHapus
  3. jlebbb....!!!

    *ngerasa ditusuk pas di jantung*

    BalasHapus
  4. silahkan disimak kalimatnya dalam 1 paragraf secara utuh, insya Allah nanti juga akan faham. wallahu'alam...

    BalasHapus
  5. owww tidaaakkk... semoga masih hidup... ^^v

    BalasHapus
  6. hahahahhaa... ada yg berasa jd IKhwan santika...

    BalasHapus
  7. laik dis wan,,,
    dari judul udah "menggelitik" :)
    nice post,,

    BalasHapus