Rabu, 04 November 2009

Memahami Kecenderungan Pria Dalam Memilih Pasangannya

Pada postingan yang lalu telah saya coba bahas keterkaitan otak wanita dan serangkaian proses biokimiawi yang dipicu oleh hormon terhadap pola pikir mereka tentang lawan jenisnya. Nampaknya kurang adil juga ya kalau kita hanya membahas perempuan saja, sedangkan laki-lakinya tidak. Hehehe... oleh karena itu kali ini gilirannya laki-laki yang akan saya coba bahas.

John Gray pernah mengistilahkan perbedaan pola pikir dan pandangan terhadap lawan jenis antara pria dan wanita dengan judul buku yang beliau tulis, Men Are From Mars And Women Are From Venus. Sosok lelaki digambarkan oleh John Gray sebagai Planet Mars. Sebuah planet dalam tata surya Bima Sakti yang berwarna merah menyala simbol keberanian dan ketegasan. Sedangkan sosok wanita digambarkan sebagai Planet Venus. Sebuah planet yang sering diidentikkan dengan sifat keindahan dan kecantikan. Sepertinya ungkapan sekaligus judul buku tulisan John Gray tersebut memang cocok digunakan dalam mengistilahkan perbedaan mendasar (secara psikologis) antara pria dan wanita.

Pada postingan sebelumnya telah saya sebutkan bahwa wanita yang sudah memasuki fase usia dewasa, lebih tidak memerhatikan lagi faktor-faktor fisik yang ada pada pria yang diidamkan menjadi pasangannya. Namun lebih kepada sikap (attitude), kecerdasan, kekayaan, dan status sosial sang pria. Sedangkan pada pria, justru bertolak belakang dengan wanita. Meskipun hal-hal seperti sikap, sifat, dan pemahaman agama menjadi unsur utama penilaian, tetapi para pria tidak pernah bisa menghilangkan faktor kecantikan atau fisik begitu saja sebagai objek penilaian. Bahkan seorang kawan pernah menyampaikan leluconnya pada saya. Suatu hari kawan saya tersebut bertanya, "Dimas, mana yang kamu pilih, perempuan yang cantik tapi miskin, atau perempuan yang jelek tapi kaya?" Waktu itu saya jawab, "yang cantik tapi miskin aja deh!". Tetapi kemudian kawan saya tersebut membalas, "Salah, yang bener itu yang jelek tapi kaya." Saya bingung, kemudian balik bertanya, "Lho... emangnya kenapa kok malah yang jelek tapi kaya? Ah matre nih...". Kemudian kawan saya menjawab, "bukannya gitu... soalnya kalau jelek tapi kaya kan nanti bisa operasi plastik. Terus akhirnya jadi cantik dan kaya deh!" Hahahahaha... waktu itu saya sontak saja tertawa. Ya... cerita tadi tentu hanya lah sebuah guyonan semata. Tapi ada sisi baiknya yang bisa kita pelajari dari cerita tadi. Apa coba? Ujung-ujungnya tetap saja menginginkan wanita yang cantik bukan?

Lalu salahkah apabila para pria memiliki kecenderungan seperti itu? Baiklah... sekarang kita coba bahas penyebab di balik itu secara ilmiah ya. Lagi-lagi ini adalah hasil penelitian David Buss tentang ketertarikan kimiawi yang dialami pria dan wanita. Menurut Buss dan ilmuwan-ilmuwan lain yang pernah saya baca hasil penelitiannya, di seluruh dunia, laki-laki ternyata lebih menyukai istri yang secara fisik menarik, berusia antara 20 dan 40 tahun, yang rata-rata usianya 2,5 tahun lebih muda. Mereka juga ingin calon pasangannya itu memiliki kulit bersih, mata cerah, bibir penuh, dan bentuk tubuh berlekuk seperti jam pasir. Coba kita lihat, bukankah semuanya didasarkan kepada kondisi fisik?

Lalu mengapa mereka para pria selalu memasukkan kategori fisik untuk memilih calon pasangan hidup mereka? Dari sudut pandang yang praktis, semua ciri itu, meski mungkin kelihatannya dangkal, adalah penanda visual yang kuat mengenai kesuburan seorang wanita.

Jika perempuan cenderung memilih berpasangan dengan laki-laki yang kemungkinan besar akan tetap mendampinginya, melindunginya dan anak-anaknya, serta mempermudah akses terhadap pangan, papan, dan sumber daya lainnya. Maka laki-laki, berdasarkan kategori-kategori di atas tadi, entah laki-laki itu tahu secara sadar atau tidak, otak mereka tahu bahwa kesuburan perempuan akan menghasilkan imbalan reproduktif terbesar bagi investasi mereka. Jika wanita mengidamkan "kemapanan" calon suaminya, maka sang calon suami mengidamkan "kelayakan" calon istrinya  untuk melahirkan anak-anaknya. Laki-laki selalu ingin memastikan kedudukan mereka sebagai bapak tetapi juga ingin bisa mengandalkan keahlian keibuan seorang perempuan untuk memastikan bahwa keturunan mereka akan bertahan hidup.

Selain itu, ada juga keterikatan fungsi dan sifat otak laki-laki terhadap kecenderungan pola perilaku mereka dalam menilai lawan jenisnya. Sebagaimana telah kita ketahui bersama bahwa laki-laki lebih dominan menggunakan akal fikirannya ketimbang hati dan perasaannya.

Secara emosional dan psikologis, dalam menganalisa suatu problema atau menentukan suatu pilihan pun pria dan wanita akan berbeda. Karena pria lebih mengedepankan logikanya, maka secara otomatis mereka berfikir lebih logikal rasional. Otak kirinya yang dikedepankan ketimbang otak kanannya. Maka setiap keputusan yang mereka ambil biasanya akan selalu dipertimbangkan dan akhirnya diputuskan berdasarkan stimulus-stimulus yang mereka terima melalui panca indera mereka. Apakah dampak dari ini semua? Akibatnya mereka menentukan pilihan mereka dan mencoba menyelesaikan problema dengan memberikan respon terhadap stimulus yang mereka rasakan secara inderawi. Hal ini lah yang akhirnya membuat pria lebih menilai seseorang atau secara khusus wanita itu baik atau tidak menurut pendapatnya berdasarkan penampilan fisiknya. Mata melihat tubuh dan segala sesuatu yang melekat padanya, hidung mencium segala bebauan yang menempel pada tubuh, dan telinga mendengar suara indah yang mendayu, dan pada beberapa kasus tangan pun merasakan kelembutan kulit lewat bersalaman. Itu lah yang disebut dengan penilaian logis. Semuanya dinilai berdasarkan hasil penalaran otak. Kalau menarik ya menarik, kalau tidak menarik ya tidak menarik, begitu saja sederhananya.

Alasan-alasan seperti itulah yang menyebabkan Islam menerapkan peraturan yang cukup ketat bagi kaum wanita dalam berpakaian. Pencipta tentunya akan lebih mengenal tabiat yang ciptakan-Nya ketimbang dia yang diciptakan sendiri bukan? Seorang professor pembuat robot tentu akan lebih mengetahui karakter robot yang dibuatnya ketimbang robot itu sendiri. Jadi janganlah mengherankan apalagi menimpali dengan alasan yang tidak-tidak tentang aturan berhijab bagi seluruh wanita muslim. Sebab itu semua demi perlindungan bagi kaum wanita sendiri.

Namun walaupun setiap pria selalu saja memasukkan kriteria fisik, bukan berarti pria berhenti hanya sampai di sana. Bagi seorang pria yang sudah benar-benar matang kondisi psikologisnya, dia tidak akan hanya menilai kondisi fisik semata. Pria menilai fisik hanya pada 3 detik pertama ketika dia melihat lawan jenisnya. Jika dalam 3 detik itu dia merasakan sesuatu yang baik dari stimulus yang sudah dia terima saat melihat wanita itu, maka selanjutnya pria akan langsung mencari tahu bagaimana sifat wanita ini yang sesungguhnya. Tapi sekali lagi, itu hanya akan dilakukan pria yang memiliki kepribadian cukup matang. Itu lah sebabnya mengapa saat ini ada beberapa pria yang menentukan kriteria pendamping hidupnya hanya berdasarkan penampilan fisik semata tanpa lebih mempertimbangkan akhlaknya.

Kematangan pria tersebut dapat dirangsang oleh beberapa hal. Diantaranya latar belakang lingkungan, pendidikan formal dan nonformal, dan yang terpenting adalah pemahaman agama. Lalu bagaimana dengan seorang pria yang sebenarnya masuk kriteria tampan secara fisik namun memiliki pasangan yang tidak terlalu cantik. Bukankah ada juga yang seperti itu? Ya memang ada. Tapi coba kita tanyakan pada yang bersangkutan apakah untuk pertama kali dia menilai pasangannya itu dalam kondisi yang sebenarnya. Saya rasa sebagai pria, maka insting inderawinya lah yang pertama kali akan bekerja. Adapun pada akhirnya dia menentukan wanita tersebut sebagai pendamping hidupnya lebih dikarenakan kecantikan hati wanita tersebutlah yang dapat menutupi kekurangan kondisi fisiknya. Kecantikan hati memang luar biasa! Keberadaannya tersembunyi dari penglihatan mata, namun dapat dirasakan kesejukannya oleh seluruh jiwa. Itu lah esensi dari kecantikan seorang wanita.

16 komentar:

  1. Haha~ jadi inget ungkapan seorang ikhwan, "Dalam mencari istri, kesholehannya itu yang utama....... Tapi kecantikannya itu tetep yang pertama."

    BalasHapus
  2. iman yg utama, cantik jadi prioritas!
    hahahaha~

    BalasHapus
  3. lho... emang ada orang yg mau rugi? semua orang bukannya ingin untung kan ya? hanya saja memaknai keuntungannya itu yg tiap orang bisa berbeda-beda. :)

    BalasHapus
  4. ahsanta ! :D
    but please be real : mau dapat semua kategori keren and bagus, kitanya juga kudu ngaca?! , supaya balance :D

    BalasHapus
  5. nah kalo itu setuju. 'ngaca' dalam artian luas lho ya! maksudnya adalah kualitas diri. namanya orang jg pasti mengidamkan yg lebih baik baginya kan? minimal setara dengannya. wanita baik hanya untuk lelaki yg baik. begitu juga sebaliknya. itu janji Allah dalam Al-Quran.

    BalasHapus
  6. :)) boleh2 niih.. yang di Prioritas kan..:D
    Kalo gitu cari yang ganteeng aaaah...

    BalasHapus
  7. Tapi kan kalo mengacu postingan sebelumnya, para pria ga harus ganteng dulu supaya dapet yg cantik, iya ga? ^^

    BalasHapus
  8. deuh ishma... mau cari yg ganteng niyeee... gak sekalian yg lucu, ish? hahahaha... xD

    BalasHapus
  9. yang penting sih sholih atau sholihah..masalah cantik, ganteng atau kaya itu mah resiko..^_^

    BalasHapus