Selasa, 03 November 2009

Menyelami Hati dan Perasaan Wanita

Secara latar belakang pendidikan, saya memang bukan seorang psikolog. Tapi saya selalu tertarik mengamati sifat dan sikap yang dilakukan setiap orang. Bahkan sering kali ada beberapa orang yang merasa salah faham, terganggu, atau bahkan GR karena saya melihat atau memperhatikan orang itu secara mendalam. Padahal di balik itu sebenarnya saya hanya mencoba mengamati siapakah sebenarnya pribadi orang itu. Maaf ya... hehehe...

Ada sebuah ungkapan yang menarik untuk mengawali tulisan saya kali ini, yaitu "Hati wanita ibarat sebuah palung di lautan, begitu dalamnya sehingga engkau hampir tak akan menemui dasarnya." Ada juga ungkapan lain yang lebih umum terdengar dalam keseharian kita, yaitu "Perempuan adalah 80 persen perasaan, dan hanya 20 persen akal." Ungkapan kedua tersebut tentunya bukan bermaksud merendahkan martabat perempuan seolah-olah tidak berakal. Sebab pada kenyataannya sekarang banyak juga kita jumpai perempuan-perempuan berotak cerdas.

Sepertinya menarik kalau kita dalami makna dari kedua ungkapan tersebut dari sudut pandang psikologi. Berdasarkan hobi saya tadi - mengamati sifat orang (hehehe...) - saya belajar cukup banyak dari hal itu. Dan akhirnya saya bisa menarik kesimpulan bahwa kedua ungkapan yang saya sebutkan di atas itu memang benar. Bahkan setelah saya membaca beberapa literatur, ternyata hal tersebut saat ini bahkan bisa dibuktikan secara ilmiah dan tidak terbantahkan.

Kalau kita lihat anatomi otak manusia. Ternyata ada perbedaan yang sangat mendasar antara jumlah sel otak perempuan dengan sel otak laki-laki. Menurut penelitian, jumlah sel otak laki-laki kurang lebih 2 milyar sel otak lebih banyak dibandingkan sel otak perempuan. Walaupun jumlah banyaknya sel otak tidak selalu mempengaruhi kecerdasan seseorang, sebab kecerdasan seseorang dipengaruhi oleh tingkat konektivitas dan koordinasi antar jaringan sel otak. Namun, perbedaan jumlah sel otak ini nampaknya bisa dijadikan salah satu alasan mengapa perempuan lebih dominan menggunakan perasaannya tadi ketimbang akalnya.

Menariknya lagi, walaupun pada umumnya sama, ternyata pola perilaku perempuan juga adakalanya bisa berbeda tergantung tingkatan usia, latar belakang pendidikan, lingkungan sosial, dan keluarga. Contohnya saja dalam hal ketertarikan terhadap lawan jenis. Dalam beberapa kesempatan saya pernah menanyakan langsung pada beberapa orang teman perempuan saya. Saya tanyakan pada mereka tentang sosok laki-laki idaman mereka itu yang seperti apa? Dari riset kecil-kecilan itu saya mendapat beberapa gambaran. Ternyata mereka yang usianya masih dikategorikan remaja menjawab bahwa faktor fisik lah yang menjadi bahan pertimbangan mereka untuk menilai seorang pria itu 'baik'. Kata 'baik' yang saya maksud di sini adalah bukan 'baik' dalam artian memiliki sifat yang baik, tetapi lebih pada sebuah kata yang maknanya dianggap sebagai sesuatu yang ideal. Sedangkan mereka yang usianya dinilai sudah cukup untuk menikah, ternyata lebih mengenyampingkan faktor fisik dan lebih memperhatikan sifat-sifat yang bisa mereka rasakan secara perasaan. Tetapi walaupun dari situ sudah berbeda, menariknya mungkin hampir 90 % perempuan yang saya tanyakan pendapatnya itu ternyata lebih menyukai sosok laki-laki yang "cool" dan cenderung bersikap seperlunya ketimbang yang "pecicilan".

Perempuan yang masih remaja, secara biologis selalu ingin tampil menarik secara seksual. Dia mulai menilai dirinya dengan melihat rekan-rekan sebayanya dan citra perempuan menarik seperti yang digambarkan di media-media. Mereka lebih menilai segala sesuatu sekali lagi lebih kepada pengamatan indera yang berujung pada kondisi fisik seseorang atau dirinya sendiri saja. Lalu apakah itu wajar atau tidak? Jika saya coba jelaskan secara faktor fisiologis hormon dan organ-organ tubuh, hal ini sebenarnya wajar-wajar saja. Semua ini terjadi karena adanya jeda antara masa kanak-kanak (juvenil) sudah berakhir dan masuk pada masa remaja. Ketika peralihan itu, sel-sel hipotalamus otak akan memacu sel-sel hipotalamus pituitari indung telur untuk terus bereaksi. Inilah untuk pertama kalinya otak mereka akan diredam dalam hormon estrogen berjumlah besar. Dari sini pun kita bisa tahu bahwa kebanyakan perempuan itu benci konflik hubungan.

Berbeda dengan perempuan yang masih dalam jenjang usia remaja, mereka para perempuan yang sudah bisa dikatakan melewati masa remaja memiliki cara pandang berbeda terhadap lawan jenisnya. Saat ini, elemen-elemen fisik yang ada pada tubuh laki-laki tidak lagi menjadi bahan pertimbangan yang utama bagi mereka. Walaupun belum tentu itu menjadi sama sekali dikesampingkan. Namun, faktor-faktor lain di luar fisik lah yang ternyata lebih mereka pertimbangkan. Hal ini sudah dibuktikan oleh psikolog David Buss. Beliau melakukan penelitian selama 5 tahun. Beliau meneliti preferensi pasangan lebih dari 10.000 individu dari 30 kebudayaan di seluruh dunia dari Jerman Barat dan Taiwan, bahkan sampai suku Pigmi dan suku Eskimo. Hasilnya, dia menemukan bahwa dalam setiap kebudayaan, perempuan tidak begitu mempersoalkan daya tarik visual seorang calon suami dan lebih tertarik pada attitude (sikap), kecerdasan, kekayaan materi, atau status sosialnya. Selanjutnya akan ada dasar pertimbangan juga bagi wanita bahwa kelak di lelaki ini lah yang akan 'menghidupi' dia dan anak-anaknya. Sehingga pola pikir ini lah yang selanjutnya membuat perempuan dewasa menentukan pilihan yang paling aman bagi mereka. Mereka akan cenderung memilih berpasangan dengan laki-laki yang kemungkinan besar akan tetap mendampinginya, melindunginya dan anak-anaknya, serta mempermudah akses terhadap pangan, papan, dan sumber daya lainnya. Walaupun secara fisik ia sendiri mungkin menilai bahwa calon pasangannya tidak terlalu ideal atau tampan.

15 komentar:

  1. Hwaa,, judulnya mancing banget neh dim ^^
    kayanya kalo ada makul ilmu perilaku manusia, dirimu bakal ambil neh n_n

    btw, penggunaan kata juvenil kayanya kurang cocok buat manusia ^^v

    BalasHapus
  2. hahahaha.... si ai termasuk yg terpancing berarti yak! kekekeke...
    bukannya dirimu yg dulu mau nyusun proposal skripsi dari tulisan MP ?
    hehehe...
    jiah...kalo pake sudutpandang biologi mah emang kagak cocok. soalnya di psikologi jg ada istilah juvenil ternyata

    BalasHapus
  3. Penelitian c david,aku ngerasa sependapat.aku juga mikir kayak gitu,cuma perbedaannya,kalo di penelitian doi kan respondennya perempuan2 yang usia dewasa,sedangkan aku pan masih remaja :D

    BalasHapus
  4. berarti aachan adalah perempuan dewasa dalam tubuh anak2 donk?
    hwehehehe... kayak ai haibara aja nih.... temennya conan edogawa

    BalasHapus
  5. good journal!

    saya pernah ikut seminar tentang komunikasi efektif n di situ dijelasin juga tentang perbedaan otak pria dan wanita. Menurut Michael Guriaan dalam What Could He Be Thinking? How a Man's Mind Really Works dijelasin kalo perbedaan antara otak pria dan wanita ada di ukuran bagian" otak itu n bagaimana bagian itu berhubungan serta cara kerjanya.

    pada pria, otak cenderung berkembang n punya spasial yang lebih kompleks kayak kemampuan perancangan mekanis, pengukuran penentuan arah abstraksi, dan manipulasi benda" fisik. makanya lebih banyak pria yang suka ngotak-ngatik mesin, kendaraan, dll daripada wanita.

    tapi otak wanita waktu kecil berkembang 2x lipat lebih cepat dibanding pria n pas dewasa terbalik, pria yang lebih cepat. Makanya waktu SD dulu pasti yang kebanyakan jadi juara kelas perempuan... eh menginjak dewasa kebalap deh sama cowok... ^^

    (kebanyakan yak commentnya? maaf yak)

    BalasHapus
  6. nggak kok. keren comment-nya! terimakasih sudah nambahin penjelasannya... :)

    BalasHapus
  7. Apa beda sifat ma kepribadian hayo??

    Otak cwo mang lebih dari otak cwe. Tapi,ko cwe banyak yang lebih pinter ya? Kata seorang psikolog pendidikan faktornya adalah ketekunan. Cwe lebih tekun dari cwo,kecuali klo cwonya tekun mungkin akan lebih dari cwe kecerdasannya.

    BalasHapus
  8. Scr umum sy percaya bhw adax pbedaan baik strukur otak maupn pola pemikiran antara pria dan wanita tkait dg fungsi masing dlm masyarkt,dmana pria cenderung beraktivitas dluar rumah sdng wanita dlm rumah,sesuai kodrat perempuan sbg ibu rmh tangga

    BalasHapus
  9. nice post...udah cocok jadi psikolog niy...^__^

    BalasHapus