Sabtu, 27 Februari 2010

Kenali Tubuhmu, Maka Engkau Semakin Beriman!

Socrates pernah berkata: "Jika kamu ingin mengenal Tuhanmu, maka kenalilah dirimu sendiri" maksud dari kalimat ini adalah: kita bisa mengenal keMahabesaran Allah SWT dengan memperhatikan apa yang ada pada diri kita sendiri. Ilmu pengetahuan semakin membuat kamu mengerti akan kekuasaan Allah yang tidak terbatas!

Mari kita bahas berbagai keajaiban dalam tubuh kita:
 
1. OTAK = KOMPUTER

Setiap neuron (sel saraf) terdiri dari satuan-satuan yang hanya bertanggungjawab untuk meneruskan informasi. Satu otak saja bisa memproses kerja yang sama dengan 4,5 juta transistor pada mikroprosesor modern. Jumlah jutaan ini jadi gak berarti jika dibandingkan dengan 10 miliar neuron-neuron yang sangat tangguh dalam memindahkan informasi dalam otak. Tambahan lagi, gak ada produk industri pengenal rasa bau kayak dalam otak.

2. HORMON = SURAT

Segala hal dalam tubuh merupakan suatu bentuk komunikasi. Banyak pesan dalam bentuk hormon yang tersusun atas molekul-molekul besar. Gak ada alat penerima pada paket-paket pesan yang dibawa hormon. Molekul-molekul yang berlalu-lalang bebas di dalam sistem peredaran darah dan di antara sel neuron. Akan tetapi, paket-paket tersebut senantiasa mencapai tempatnya karena alat-alat tubuh yang menerima pesan tersebut dilengkap dengan sensor-sensor khusus.
 
3. KERANGKA = RANGKA MOBIL

Ada 2 akibat utama yang mungkin terjadi pada sistem apa pun yang menerima guncangan. Hal ini bisa menyebabkan lubang/menyebabkan bagiannya patah. Rangka makhluk hidup dan rangka mobil telah dirancang untuk mengurangi guncangan pada tubuh. Tapi, rangka mobil kemampuannya gak seperti tulang yang bisa memperbaiki dirinya sendiri.

4. OTOT & PENGELUARAN KERINGAT = AC

Gerakan otot menyebabkan pemanasan tubuh dalam cuaca dingin. Otot-otot bisa menyebabkan 90% panas tubuh dengan cara ini. Pengeluaran keringat, di pihak lain, berguna sebagai cara pendingin melawan pemanasan berlebihan. Dua sistem penyeimbang ini bekerja bersama untuk mempertahankan suhu tubuh yang mantap. Sistem ini bekerja jauh lebih cepat & tepat melebihi sistem AC yang ada.

5. MATA = KAMERA

Retina mata adalah alat yang paling peka cahaya di antara seluruh zat. Berbagai jenis sel sensor telah dibuat dengan posisi terbaik untuk menangkap gambar dalam fotografi. Tapi, justru mata secara otomatis menyesuaikan fokus & penglihatan atas kekuatan cahaya luar. Oleh karena itu, mata jauh lebih unggul dari seluruh kamera.

6. TELINGA = HI-FI STEREO

Raambut nyg sangat halus dalam telinga bagian dalam manusia mengubah suara menjadi sinyal-sinyal listrik seperti pada mikrofon. Telinga cuma bisa merasakan suara antara frekuensi 20-20.000 Hz. Spektrum ini paling tepat untuk manusia. Seandainya manusia mendapat spektrum yang lebih besar, maka kita bakal bisa mendengar suara langkah-langkah kaki semut hingga suara frekuensi tinggi di atmosfer. Keadaan ini akan sama sekali gak nyaman buat manusia, karena terus-menerusnya kebisingan.

7. SISTEM KEKEBALAN = ANGKATAN BERSENJATA

Tubuh kita dipertahankan sekitar 200 juta sel-sel darah putih. Seperti halnya tentara, sel-sel darah ini memiliki sistem intelijen, persenjataan mematikan, dan strategi pertempuran khusus. Namun, gak ada tentara di dunia yang setepat waktu & sesempurna serta seberhasil sistem kekebalan.

8. SEL = MESIN

Sel adalah mesin yang sangat efisien menggunakan energi. Sel menggunakan molekul-molekul kecil yang disebut ATP untuk bahan bakar. Efisiensinya dalam pembakaran bahan bakar ini lebih besar dibandingkan mesin mana pun yang dikenal manusia. Di samping itu, sel-sel ini secara serentak mengerjakan berbagai tugas berbeda, yang gak mampu ditangani mesin mana pun yang dibuat manusia.

9. TANGAN = EKSCAVATOR

Tangan bekerja seperti pengungkit. Poros pendukungnya adalah siku, dan di sekelilingnya otot-otot mendukung gerakan melalui pengerutan & istirahat. Ekscavator juga bekerja dengan cara yang sama. Jika ekscavator menggerakan kekuatan yang sama pada semua ragam berat, otot-otot tangan justru dapat mengendalikan besarnya kekuatan yang diberikan.

10. JANTUNG = SISTEM POMPA

Jantung mulai brdetak dalam rahim ibu dan terus berdetak pada tingkat yang beragam antara 70-200 kali per menit tanpa istirahat sepanjang hidup. Selama tiap detakan, jantung bisa istirahat sekitar setengah detik. Jantung berdetak sekitar 10.000 kali sehari. Jantung milik manusia seberat 60 kg memompa sekitar 6,5 liter darah setiap hari. Seumur hidup, jantung memompa cukup darah untuk mengisi 500 kolam renang dengan isi 300 kubik meter. Pompa-pompa buatan gak pernah bisa bekerja begitu lama tanpa perbaikan menyeluruh.

11. GINJAL = SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH

Ginjal manusia menyaring sekitar 140 liter darah setiap hari, melalui 1 juta unit penyaringan kecil yang disebut nefron, & terus berlanjut hingga sekitar 80 tahun tanpa istirahat. Proses pengolahan limbah yang dirancang untuk limbah industri bisa menangani jumlah yang jauh lebih besar, tapi usianya sangat pendek. Selanjutnya, campuran kimiawi zat yang disaringnya jauh lebih sederhana jika dibandingkan dengan darah. Ginjal jauh lebih rumit & efisien dibanding tempat pengolahan limbah manapun.

Hai manusia apakah yang telah memperdayakan kamu (berbuat durhaka) terhadap Tuhanmu Yang Maha Pemurah. Yang telah menciptakan kamu lalu menyempurnakan kejadianmu dan menjadikan (susunan tubuh) mu seimbang. (QS Al-Infithar 6-7)

wallahu'alam bishawaf     

Demoiselle - Liyana's Blog


http://damselineustress.blogspot.com
Dia rasa dia pendiam dan misteri. Tapi sebenarnya tak.

Jumat, 19 Februari 2010

Berani Kaya, Berharap Masuk Surga

Berdasarkan Al-Quran dan Hadits, harta merupakan sesuatu yang baik. Namun karena salah penafsiran, sebagian umat Islam cenderung menjauhinya. Banyak ayat Al-Quran yang menuturkan hal tersebut. Di antaranya ayat, "Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu (QS Al-Baqarah 172). Rasulullah pun sering mendorong para sahabat untuk mendapatkan rezeki yang halal, bahkan beliau sendiri mencontohkan dengan berbisnis sejak umur 12 tahun hingga 37 tahun. Maka, berdasarkan Al-Quran dan Hadits tidak seharusnya kita menjauhi harta. Bila menjauhinya, berarti bertentangan dengan dua pandangan agama Islam.

Lalu kenapa masih ada orang yang seolah mengharamkan kekayaan? Sebab ada penafsian/pemahaman yang salah terhadap konsep dalam Islam dan terhadap kehidupan Rasulullah SAW sendiri. Sementara ini Rasul dipersepsikan hidup sederhana (kalau tidak mau dikatakan miskin). Ini memang bagian etape kehidupan beliau, tapi yang perlu kita perhatikan juga ada etape dimana beliau adalah Rasul yang kaya raya. Karena selain memiliki sumber income dari Baitul Maal, yang sangat besar, beliau juga mempunyai harta dari banyak sumber. Mungkin kita akan terkejut bila mengkaji nilai harta Rasulullah bila dikurskan dengan nilai uang sekarang. Orang yang mengatakan Rasul miskin, mungkin juga tidak pernah mengeksplor bagaimana beliau berdagang, menjadi saudagar sukses dengan jiwa entrepreneurship yang tinggi. Nah, etape miskin dan kaya ini memang tak lepas dari profilnya sebagai Rasul yang harus memberi teladan kepada umatnya. Bagaimana harus bekerja keras, bersedekah, mensyukuri nikmat, dan lainnya.

Sebagian ulama juga ada yang menganjurkan untuk menjauhi dunia dan selalu qona'ah sebagai kesempurnaan beragama. Menjauhi duniawi, dengan memfokuskan diri pada akhirat disebut "zuhud". Sehingga kita harus hidup sangat sederhana, kalau perlu pas-pasan, hanya memenuhi apa yang kita butuhkan saja. Pengertian kesederhanaan itu benar, tetapi jika zuhud ditafsirkan kita tidak boleh kaya mungkin tidak tepat. Islam sama sekali tidak pernah menyuruh orang untuk miskin, dan Islam tidak pernah sama sekali melarang orang untuk kaya. Yang ada adalah menyuruh orang untuk kaya secara halal dan melarang orang untuk miskin, karena miskin, keimanan kita bisa tergadai. Zuhud yang benar adalah bukan terkait dengan jumlah uang/harta, tetapi sikap kita terhadap uang/harta dan cara memperolehnya. Sehingga orang berzuhud harus mampu mengontrol uang atau hartanya agar tidak sampai masuk ke dalam hati, dalam arti mengganggu cinta kita kepada Allah dan ibadah kita. Tapi, kalau zuhud diartikan harus menjauhi dunia, sampai kapan pun kita tidak akan pernah bisa, karena justru kita sendiri adalah bagian dari dunia itu. Kita hidup di dunia, dan kita disuruh menjadi pemakmur dunia.

Lalu bagaimana dengan makna qona'ah yang sebenarnya? Sesungguhnya qona'ah merupakan posisi dimanapun tingkat kekayaan kita berada, kita harus ridlo dengan pembagian Allah itu. Umpamanya kita dapat dua juta, alhamdulillah saya ridlo dengannya, tidak ngedumel apalagi ngomel kenapa cuma dikasih 2 juta ya? Saya qona'ah dengan pemberian Allah, tetapi itu tidak berarti kita harus berhenti di situ! Kesalahpahaman sekarang, qona'ah diartikan kalau sampai pada suatu posisi, tingkat kekayaan tertentu, maka kita harus berhenti. Seharusnya kita mengucapkan alhamdulillah saya dapat 2 juta, tapi saya harus bismillah untuk ke 4 juta. Setelah sampai 4 juta saya alhamdulillah, tapi saya harus bismillah lagi untuk sampai ke 7 juta, demikian seterusnya. Berarti kita tidak ngoyo dalam pengertian yang positif. Bisa Anda bayangkan, jika kita bersyukur pada empat, lalu naik ke tujuh, berarti kan ekonominya dinamis. Sebagai hamba yang masih ada tenaga, masih sehat, waktu masih ada, kenapa kita harus diam? Justru jika kita diam, berarti kita tidak bersyukur atas potensi yang Allah berikan.

Kemudian konsep sabar juga sering sekali disalahtafsirkan. "Sabar" selalu terkait dengan kondisi spiritual. Ada tiga jenis sabar: sabar dalam takwa, sabar dalam menjauhi maksiat, dan sabar dalam musibah. Di luar itu masih ada lagi, sabar dalam kemiskinan. Sabar dalam kemiskinan biasanya diartikan bahwa dunia ini seperti surganya orang kafir dan penjaranya kaum muslimin. Sehingga kita harus sabar dengan keadaan seperti ini. Pengertian seperti itu jelas saja salah. Justru sabar itu harus diartikan sebagai suatu kemampuan untuk bertahan, kemampuan kita untuk kepanaran saat berjualan, kemampuan untuk tetap optimis ketika melakukan marketing, sabar mencek produk kita agar kualitasnya terjamin. Sabar harus dijadikan energi untuk maju, energi untuk meningkatkan kualitas, energi untuk mengoptimalkan produktifitas kita, bukan sebagai kekalahan.

Ada juga yang beranggapan, kalau kita kaya dengan harta yang melimpah, bukankah kita nanti bisa dicap sebagai orang yang cinta dunia (hubbu dunya). Saya pun pernah dicap oleh beberapa orang seperti itu. Mohon maaf, tanpa mengurangi rasa hormat saya pada mereka yang telah berprasangka seperti itu kepada saya, harus saya katakan bahwa ternyata 99% dari mereka adalah justru orang-orang yang secara finansial memang berada di bawah saya. Jadi dari sana saya beranggapan, bahwa sebenarnya kondisi keterbatasan finansial yang berlaku pada mereka, juga sifat berprasangka buruk yang mereka lakukan justru sebenarnya disebabkan oleh pola pikir mereka sendiri. Diri mereka sendiri dan pemikiran mereka sendiri yang akhirnya malah memiskinkan diri mereka. Sehingga sebagai pelampiasan, mereka hanya bisa menuduh yang tidak-tidak kepada orang-orang yang memiliki potensi untuk bisa memiliki kelebihan daripada mereka.
 
Kalau saya justru beranggapan bahwa sifat hubbu dunya justru memang sifat alamiah manusia. Jadi kalau kita tidak cinta kepada dunia, berarti kita melawan kodrat. Siapa sih yang tidak cinta pada rumahnya, mobilnya, anaknya, istri, mereka juga bagian dari dunia. Mencintai dunia tidak salah, yang salah ada dua hal. Pertama, bila kita mendapatkannya tidak secara syar'iah. Kedua, hubbu dunya yang menjadikan kita lupa kepada Allah. Tetapi jika dengan harta ini justru kita mampu membayar zakat, bisa memberi wakaf, membangun pondok yatim piatu, memberantas buta huruf Al-Quran, ini kan bagus? Kita sholat di masjid seolah gratis, padahal masjid bisa berdiri tentu harus ada orang yang wakaf tanah. Nah, semuanya perlu uang kan?

Harta harus dilihat sebagai suatu instrumen pembangunan generasi, sebagai suatu infrastruktur pembangunan bangsa. Bila kita bayar pajak atau bayar zakat, akan menjadi jembatan, jalan-jalan, masjid, pompa air, sekolah, membuka lapangan pekerjaan, yang pada akhirnya dapat mengurangi kemiskinan. Kalau orang miskin, tidak ada biaya untuk sekolah sehingga hanya bisa sekolah kalau dapat beasiswa. Orang miskin tidak bisa beli obat, kecuali dapat subsidi. Orang miskin pasti keterampilannya terbatas, karena tidak bisa bayar training, tidak bisa datang ke seminar, tidak bisa beli buku banyak-banyak. Jadi kalau satu generasi sudah miskin, maka dia akan bodoh dan tidak terampil, akhirnya generasi penerusnya akan miskin lagi. Walah... apakah tidak berbahaya tuh!

Minggu, 07 Februari 2010

Sejuta Cinta untuk Guruku, Ustadz Saiful Islam Mubarak

Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarokatuh...
Surat ini aku buat sebagai tanda penghormatan kepada guruku.
Telah beruraian cinta dan kerinduan yang mendalam ketika aku tuliskan ini.
Kepada sesosok pribadi yang telah begitu ikhlas menghiasi taman ketaqwaan.

Teruntuk seorang murobbi yang telah mengambil jalan jihad dengan mengajarkan Al-Quran dalam sebuah darul ilmi.
Mungkin hanyalah sebuah khayalan semu jika mengharapkan agar surat ini sampai langsung ke tanganmu.
Sehingga membuatku hanya mampu untuk menuliskannya di sini.

Ustadz...
Aku hanya ingin mengurai kembali kisah yang pernah kita lalui.
Aku dan teman-teman, dimana engkau menjadi pembimbing kami.
Engkau pribadi yang serius.
Sesekali engkau bercanda. Namun candaan itu sangat menggambarkan canda Rasulullah Muhammad SAW.

Ustadz...
Dulu aku masih terbata-bata dalam membaca Al-Qur'an.
Aku sering merasa malu dengan teman-temanku, karena saat itu aku merasa bacaan qur'anku yang paling buruk.
Lalu seorang kawan mengajakku untuk belajar cara membaca Al-Qur'an dengan baik dan benar kepadamu.
Di sana aku memulai dengan pelajaran tahsin yang masih tingkat paling dasar.
Engkau mengajarkan aku dengan penuh khidmat.
Terkadang engkau marah ketika aku mulai tidak serius untuk belajar.
Tapi aku tahu, marahmu itu sebenarnya adalah ekspresi cinta seorang guru kepada muridnya.

Ustadz...
Dulu aku juga seorang yang sangat sedikit hafalan Qur'annya.
Jangankan Juz 'Amma, surat Al-Adhiyat yang pendek saja aku tidak hafal.
Suatu saat aku pernah dikejutkan oleh salah seorang binaanku.
Ketika aku tanya, ternyata dia sudah hafal empat belas juz.
Masya'allah... aku malu sekali.
Bagaimana mungkin seorang kakak mentor seperti aku lebih sedikit hafalan qur'annya daripada adik binaannya.
Aku pun bertanya kepada adik binaanku itu.
Siapa yang mengajarimu sampai bisa hafal empat belas juz saat masih kelas 1 SMA begini?
Sambil senyum ringan dia pun menjawab, "Ustadz Saiful Islam Mubarok".
Subhanallah... lagi-lagi aku mendengar nama baikmu sebagai penjaga Al-Qur'an.

Ustadz...
Mungkin masih ingat terakhir kali kita bertemu, sebelum aku pergi menuntut ilmu dan kita dipisahkan oleh jarak.
Saat itu engkau memimpin acara MABIT di masjid kita.
Malam yang begitu sunyi kita ramaikan dengan lantunan tadarus Al-Qur'an.
Selanjutnya engkau mulai berceramah.
Suaramu sangat khas.
Datar, hampir tidak ada intonasi.
Sedikit bercanda, serius, namun sangat berbobot isinya.
Kemudian di sepertiga malam terakhir engkau mengimami kami untuk shalat Qiyamullail.
Sebelas raka'at shalat kita selesaikan dalam tempo tiga jam.
Di tiap raka'at engkau membaca surat yang begitu panjang, dua juz banyaknya.
Saat itu, lantunan suara bacaan suratmu sesekali terhenti karena isak tangismu.
Tak jarang aku pun mendengar isak tangis para jama'ah yang saat itu sedang shalat.
Engkau menangis.
Aku menangis.
Mereka menangis.
Kita semua menangis sebagai bentuk kerendahan diri di hadapan Tuhan yang Maha Menggenggam setiap desah nafas.

Ustadz...
Aku tahu saat ini engkau tidak lagi tergabung dalam sebuah jama'ah yang bernama Partai Keadilan Sejahtera.
Keputusan para qiyadah telah memberhentikanmu sebagai salah satu mujadid dakwah dalam jama'ah itu.
Aku tidak berhak mengatakan ini sebagai suatu ketidakadilan.
Sebab sesungguhnya engkau dan para qiyadahlah yang punya wewenang menjelaskan.
Mungkin hafalan Qur'anku dan amalan harianku tidak sebaik para qiyadahku.
Namun aku tahu betul cara memperlakukan seorang ulama yang menjadi teladanku dalam mencintai Al-Qur'an, membacanya, juga menghafalkannya.
Apa pun yang engkau alami saat ini, engkau tetap orang yang sangat terhormat bagiku.
Engkau guru, sekaligus orangtua bagiku.

Ustadz...
Aku masih ingat kata-katamu dalam pertemuan rutin mingguan kali itu.
Tercatat rapi dalam buku catatan milikku.
Engkau mengatakan bahwa satu-satunya ikatan di antara sesama muslim adalah ikatan berdasarkan ketaqwaan kepada Allah.
Ikatan ini bukan ikatan darah dan nasab; bukan ikatan tanah air dan bangsa; bukan ikatan kaum dan marga; bukan ikatan warna kulit dan bahasa; bukan ikatan ras dan suku; juga bukan ikatan profesi dan status sosial.
Gerakan, jama'ah, atau organisasi hanyalah sebuah alat.
Tidak lebih dari itu.
Boleh berbangga dengannya, tapi tidak layak ia menggantikan posisi loyalitas kita kepada Islam sendiri.

Ustadz...
Sebagai seorang murid aku hanya bisa berdoa untukmu.
Semoga Allah tetap melimpahkan segala berkah dan rahmat-Nya ke atasmu.
Sungguh setiap ucapan yang baik, doa yang tulus, rintihan yang jujur, air mata yang menetes penuh keikhlasan, dan semua keluhan yang menggundahgulanakan hati adalah hanya pantas ditujukan ke hadirat-Nya.

Maka perkenankanlah aku menjelang dini hari ini untuk menengadahkan kedua telapak tanganku.
Menjulurkan lengan penuh harap.
Mengarahkan terus tatapan mataku ke arah-Mu untuk memohon pertolongan.

Ya Allah...
Gantikanlah kepedihan ini dengan kesenangan.
Jadikan kesedihan itu awal kebahagiaan.
Sirnakan rasa takut ini menjadi rasa tentram.
Ya Allah...
Dinginkan panasnya qalbu dengan salju keyakinan,
dan padamkan bara jiwa dengan air keimanan.

Tuangkan dalam jiwa yang bergolak ini kedamaian.
Dan ganjarlah dengan kemenangan yang nyata.
Wahai Rabb...
Tunjukkanlah pandangan kebingungan ini kepada cahaya-Mu.
Bimbinglah sesatnya perjalanan ini ke arah jalan-Mu yang lurus.
Dan tuntunlah orang-orang yang menyimpang dari jalan-Mu merapat ke hidayah-Mu.

Kami berlindung kepada-Mu dari setiap rasa takut yang mendera.
Hanya kepada-Mu kami bersandar dan bertawakal.
Hanya kepada-Mu kami memohon, dan hanya kepada-Mu lah semua pertolongan.
Cukuplah Engkau sebagai Pelindung kami, karena Engkaulah sebaik-baik Pelindung dan Penolong.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh...


Selasa, 02 Februari 2010

Hinaan Orang Adalah Senjataku yang Paling Ampuh untuk Maju

Dihina? Pedih memang... sakit memang... tapi itulah senjata saya yang paling ampuh untuk mencapai apa yang ingin saya capai. Bentuknya macam-macam, bisa berupa sindiran yang tidak mengenakkan hati tapi sangat jelas ditujukan untuk kita, atau bisa juga hinaan frontal yang disampaikan langsung kepada kita. Apa pun itu bentuknya, tetapi selalu saja meninggalkan bekas di hati yang sulit terlupakan.

Dulu semasa SMA ada seseorang yang pernah merendahkan saya. Kami kenal hanya lewat internet. Belum pernah bertemu sama sekali. Awalnya pertemanan berjalan dengan baik. Tapi lama-lama mulai terasa tidak nyaman. Dia mulai melemparkan pernyataan-pernyataan yang tidak mengenakkan bagi saya. Selidik punya selidik, ternyata dia cemburu pada saya, karena teman akhwatnya "dekat" dengan saya. Yah biasa lah masa-masa SMA... kata orang sih sedang hangat-hangatnya dengan yang namanya pencarian identitas diri dan saling ingin mengetahui tentang lawan jenis masing-masing. Tapi tentu saya tidak ingin terjebak dengan yang namanya pacaran atau apa pun hubungan yang sepertinya islami, padahal sebenarnya tidak jauh beda dengan pacaran.

Saat itu saya pun ada perasaan suka dengan si akhwat, tapi ya itu tadi... aturan agama membuat saya tidak berani melanggar apa yang seharusnya tidak boleh dilanggar. Maka saya hanya memendam perasaan saya tanpa pernah diungkapkan. Sesekali saya hanya curhat dengan orangtua dan beberapa teman yang bisa dipercaya. Alhamdulillah mereka pun dapat menjadi penentram hati saya dengan mau mendengar apa yang saya ceritakan dan alami.

Awalnya saya bingung kenapa akhir-akhir ini dia (si laki-laki yang merendahkan saya itu) kok kata-katanya makin tidak enak. Tak lama, hasil dari investigasi dan tanya sana-sini, ternyata si akhwat yang "dekat" dengan saya itu suka cerita tentang pribadi saya ke laki-laki itu. Saya tidak tahu persis apa yang diceritakan. Hanya saja, menurut informasi beberapa teman, si laki-laki itu memang ada perasaan suka dengan si akhwat. Jadi ya saya maklum saja saat itu kalau memang dia merasa cemburu. Lha wong setiap ngobrol dengan si akhwat itu, yang diceritakan ke laki-laki itu malah kelebihan-kelebihan saya. Sebagai seseorang yang memendam rasa, gimana nggak kesel coba ketika tahu orang yang kita sukai ternyata malah mengagumi lelaki lain?!

Akhwat yang saya ceritakan tadi adalah adik kelas saya semasa SMA. Mungkin perlu saya jelaskan juga makna "kedekatan" saya dengan si akhwat di sini. Singkat cerita, pokoknya si akhwat itu sudah saya anggap seperti adik sendiri, karena memang usianya hampir seumuran dengan adik perempuan saya. Pertama kali berkenalan lewat ekstrakulikuler klub peneliti di sekolah. Karena saya posisinya sebagai kakak kelas, maka tentu saya yang lebih banyak berperan sebagai pembimbing bagi setiap kegiatan ekstrakulikuler itu. Akhwat itu suka nanya-nanya tentang pelajaran yang tidak dia mengerti ketika di kelas, dan sebenarnya hal itu juga dilakukan oleh adik-adik kelas yang lainnya juga. Kami para senior biasanya memberikan penjelasan tentang pelajaran apa yang tidak mereka mengerti tadi. Berawal dari situ lah akhirnya mau tidak mau ya saya pasti sering berinteraksi dengan akhwat itu. Karena memang jadwal kegiatan ekskul kami berjalan cukup sering dan kontinu. Karena sering berinteraksi, mungkin di situlah rasa kagum itu muncul. Kalau orang Jawa bilang, "wit ing tresno jalaran seko kulino". Artinya... "rasa cinta itu bisa tumbuh dari kebiasaan (bertemu)". Jadi jelas, yang dimaksud "dekat" itu ya karena sering berkomunikasi satu sama lain, bukan dalam artian negatif, insya Allah.

Terus terang saja saya orangnya sensitif, walaupun di suatu waktu saya juga bisa begitu cueknya. Sekali... dua kali... apa yang dikatakan laki-laki itu masih saya anggap wajar sebagai wujud kecemburuannya, tapi lama-lama kesal juga saya dibuatnya! Sampai akhirnya saya benar-benar marah. Saya marah karena laki-laki itu bilang bahwa saya nggak se-level dengan dia, bla..bla..bla.. dan kata-kata lain yang merendahkan martabat saya. Saat itu saya putuskan... oke cukup sampai di sini. Lalu saya minta bertemu dengan dia. Niatnya sih ingin berantem! Yah maklum lah namanya juga emosi... tapi dengan seribu satu alasan dia menolak. Pengecut!!! Begitu kata saya saat itu... Beraninya hanya di dunia maya, tapi begitu diajak bertemu malah mengelak.

Lalu apakah saya berhenti sampai di sana? Hohoho... tidak pemirsa! Seperti judul tulisan saya di atas, "Hinaan Orang Adalah Senjataku yang Paling Ampuh untuk Maju". Saya ini orangnya seperti sel kanker. Makin dipencet, dijepit, ditekan, digenjet, bukannya makin kecil malah makin membesar! Sejak saat itu saya bertekad bahwa saya tidak serendah yang dia katakan! Saya belajar keras dan berdoa sebagai orang yang merasa teraniaya. Sampai akhirnya saya bisa mencapai banyak hal yang ingin saya raih.

Satu hal yang sampai saat ini ada di benak saya: SAYA INGIN BALAS DENDAM DENGAN ORANG-ORANG YANG SUDAH MENGHINA SAYA!!! Tapi cara balas dendam saya beda dengan makna balas dendam yang mungkin ada di benak kawan-kawan. Saya akan balas dendam dengan cara menunjukkan bahwa saya bisa maju, saya bisa sukses, saya bisa meraih banyak pencapaian kepada orang-orang yang menghina saya! Saya ingin membuat mereka menelan kembali perkataan yang pernah mereka lontarkan. Karena kalau sudah begitu, pastilah perasaan iri dan dengki yang muncul dari orang-orang itu. Perasaan tidak senang ketika ada orang yang lebih maju dibanding dirinya, apalagi jika itu adalah orang yang dianggap rival alias saingannya. Biarlah amalan mereka habis dimakan oleh sifat iri dan dengki mereka. So dengan begitu sebenarnya merekalah yang telah menghukum diri mereka sendiri, bukan saya! Waktu mereka akan habis memikirkan bagaimana caranya menjatuhkan saya. Hingga akhirnya energi mereka pun akan terbuang percuma dengan memikirkan hal-hal yang seharusnya tidak perlu dipikirkan. Sehingga akhirnya, tanpa mereka sadari saya sudah melampaui apa yang mereka pikirkan sebelumnya tentang diri saya. Saya bersyukur karena mereka membenci saya justru karena kemajuan saya. Itu tandanya bahwa saya memang maju.

Jadi siapa pun Anda, jika Anda merasa tersinggung, terhina, terendahkan dengan perkataan orang lain. Buatlah itu sebagai bahan bakar yang memacu semangat kamu untuk terus maju! Ayo buktikan kalau kamu tidak serendah yang mereka pikir tentangmu. Kenapa? Karena sesungguhnya Allah telah menitipkan karunia-Nya untukmu dari lisan-lisan para pendengki!

alah... omongan orang dengki dan frustasi kok ditanggepin.. salah besar saya!

musim salju gini males banget mandi. udah 2 hari gak mandi nih! hahaha... di dormitory gak ada water heater sih, jd cuma gosok gigi & sibinan aja. ah yg penting teuteup wangi.. :D

Alhamdulillah impianku yg ke-97 tercapai ==> Honda CBR 150 R sudah nangkring di garasi. Target 4 tahun lagi beli mobil ah...

Cantik itu bukan hanya bagian dari fisik, tapi juga bagian dari hati. Alhamdulillah adikku punya kedua-duanya. :)