Selasa, 02 Februari 2010

Hinaan Orang Adalah Senjataku yang Paling Ampuh untuk Maju

Dihina? Pedih memang... sakit memang... tapi itulah senjata saya yang paling ampuh untuk mencapai apa yang ingin saya capai. Bentuknya macam-macam, bisa berupa sindiran yang tidak mengenakkan hati tapi sangat jelas ditujukan untuk kita, atau bisa juga hinaan frontal yang disampaikan langsung kepada kita. Apa pun itu bentuknya, tetapi selalu saja meninggalkan bekas di hati yang sulit terlupakan.

Dulu semasa SMA ada seseorang yang pernah merendahkan saya. Kami kenal hanya lewat internet. Belum pernah bertemu sama sekali. Awalnya pertemanan berjalan dengan baik. Tapi lama-lama mulai terasa tidak nyaman. Dia mulai melemparkan pernyataan-pernyataan yang tidak mengenakkan bagi saya. Selidik punya selidik, ternyata dia cemburu pada saya, karena teman akhwatnya "dekat" dengan saya. Yah biasa lah masa-masa SMA... kata orang sih sedang hangat-hangatnya dengan yang namanya pencarian identitas diri dan saling ingin mengetahui tentang lawan jenis masing-masing. Tapi tentu saya tidak ingin terjebak dengan yang namanya pacaran atau apa pun hubungan yang sepertinya islami, padahal sebenarnya tidak jauh beda dengan pacaran.

Saat itu saya pun ada perasaan suka dengan si akhwat, tapi ya itu tadi... aturan agama membuat saya tidak berani melanggar apa yang seharusnya tidak boleh dilanggar. Maka saya hanya memendam perasaan saya tanpa pernah diungkapkan. Sesekali saya hanya curhat dengan orangtua dan beberapa teman yang bisa dipercaya. Alhamdulillah mereka pun dapat menjadi penentram hati saya dengan mau mendengar apa yang saya ceritakan dan alami.

Awalnya saya bingung kenapa akhir-akhir ini dia (si laki-laki yang merendahkan saya itu) kok kata-katanya makin tidak enak. Tak lama, hasil dari investigasi dan tanya sana-sini, ternyata si akhwat yang "dekat" dengan saya itu suka cerita tentang pribadi saya ke laki-laki itu. Saya tidak tahu persis apa yang diceritakan. Hanya saja, menurut informasi beberapa teman, si laki-laki itu memang ada perasaan suka dengan si akhwat. Jadi ya saya maklum saja saat itu kalau memang dia merasa cemburu. Lha wong setiap ngobrol dengan si akhwat itu, yang diceritakan ke laki-laki itu malah kelebihan-kelebihan saya. Sebagai seseorang yang memendam rasa, gimana nggak kesel coba ketika tahu orang yang kita sukai ternyata malah mengagumi lelaki lain?!

Akhwat yang saya ceritakan tadi adalah adik kelas saya semasa SMA. Mungkin perlu saya jelaskan juga makna "kedekatan" saya dengan si akhwat di sini. Singkat cerita, pokoknya si akhwat itu sudah saya anggap seperti adik sendiri, karena memang usianya hampir seumuran dengan adik perempuan saya. Pertama kali berkenalan lewat ekstrakulikuler klub peneliti di sekolah. Karena saya posisinya sebagai kakak kelas, maka tentu saya yang lebih banyak berperan sebagai pembimbing bagi setiap kegiatan ekstrakulikuler itu. Akhwat itu suka nanya-nanya tentang pelajaran yang tidak dia mengerti ketika di kelas, dan sebenarnya hal itu juga dilakukan oleh adik-adik kelas yang lainnya juga. Kami para senior biasanya memberikan penjelasan tentang pelajaran apa yang tidak mereka mengerti tadi. Berawal dari situ lah akhirnya mau tidak mau ya saya pasti sering berinteraksi dengan akhwat itu. Karena memang jadwal kegiatan ekskul kami berjalan cukup sering dan kontinu. Karena sering berinteraksi, mungkin di situlah rasa kagum itu muncul. Kalau orang Jawa bilang, "wit ing tresno jalaran seko kulino". Artinya... "rasa cinta itu bisa tumbuh dari kebiasaan (bertemu)". Jadi jelas, yang dimaksud "dekat" itu ya karena sering berkomunikasi satu sama lain, bukan dalam artian negatif, insya Allah.

Terus terang saja saya orangnya sensitif, walaupun di suatu waktu saya juga bisa begitu cueknya. Sekali... dua kali... apa yang dikatakan laki-laki itu masih saya anggap wajar sebagai wujud kecemburuannya, tapi lama-lama kesal juga saya dibuatnya! Sampai akhirnya saya benar-benar marah. Saya marah karena laki-laki itu bilang bahwa saya nggak se-level dengan dia, bla..bla..bla.. dan kata-kata lain yang merendahkan martabat saya. Saat itu saya putuskan... oke cukup sampai di sini. Lalu saya minta bertemu dengan dia. Niatnya sih ingin berantem! Yah maklum lah namanya juga emosi... tapi dengan seribu satu alasan dia menolak. Pengecut!!! Begitu kata saya saat itu... Beraninya hanya di dunia maya, tapi begitu diajak bertemu malah mengelak.

Lalu apakah saya berhenti sampai di sana? Hohoho... tidak pemirsa! Seperti judul tulisan saya di atas, "Hinaan Orang Adalah Senjataku yang Paling Ampuh untuk Maju". Saya ini orangnya seperti sel kanker. Makin dipencet, dijepit, ditekan, digenjet, bukannya makin kecil malah makin membesar! Sejak saat itu saya bertekad bahwa saya tidak serendah yang dia katakan! Saya belajar keras dan berdoa sebagai orang yang merasa teraniaya. Sampai akhirnya saya bisa mencapai banyak hal yang ingin saya raih.

Satu hal yang sampai saat ini ada di benak saya: SAYA INGIN BALAS DENDAM DENGAN ORANG-ORANG YANG SUDAH MENGHINA SAYA!!! Tapi cara balas dendam saya beda dengan makna balas dendam yang mungkin ada di benak kawan-kawan. Saya akan balas dendam dengan cara menunjukkan bahwa saya bisa maju, saya bisa sukses, saya bisa meraih banyak pencapaian kepada orang-orang yang menghina saya! Saya ingin membuat mereka menelan kembali perkataan yang pernah mereka lontarkan. Karena kalau sudah begitu, pastilah perasaan iri dan dengki yang muncul dari orang-orang itu. Perasaan tidak senang ketika ada orang yang lebih maju dibanding dirinya, apalagi jika itu adalah orang yang dianggap rival alias saingannya. Biarlah amalan mereka habis dimakan oleh sifat iri dan dengki mereka. So dengan begitu sebenarnya merekalah yang telah menghukum diri mereka sendiri, bukan saya! Waktu mereka akan habis memikirkan bagaimana caranya menjatuhkan saya. Hingga akhirnya energi mereka pun akan terbuang percuma dengan memikirkan hal-hal yang seharusnya tidak perlu dipikirkan. Sehingga akhirnya, tanpa mereka sadari saya sudah melampaui apa yang mereka pikirkan sebelumnya tentang diri saya. Saya bersyukur karena mereka membenci saya justru karena kemajuan saya. Itu tandanya bahwa saya memang maju.

Jadi siapa pun Anda, jika Anda merasa tersinggung, terhina, terendahkan dengan perkataan orang lain. Buatlah itu sebagai bahan bakar yang memacu semangat kamu untuk terus maju! Ayo buktikan kalau kamu tidak serendah yang mereka pikir tentangmu. Kenapa? Karena sesungguhnya Allah telah menitipkan karunia-Nya untukmu dari lisan-lisan para pendengki!

11 komentar:

  1. Mmm...ikt sharing ya..
    Ada baiknya keinginan positif unt maju (stlh direndahkan) tidak diiringi dg harapan akan timbul iri&dengki pd diri org lain.. Alangkah indahnya jk disertai doa agar ke'maju'an kita membuka hati mereka.. Sulit, tp spt itulah akhlak Rasulullah.
    Satu lg,, kita jg hrs senantiasa hati2 dg niat di hati kita.. Krn niat diuji 3 kali, di awal, di tengah dan di akhir.. Jng sp ke'maju'an kita membw sia2 krn niatan yg ternodai.. Wallahualam..

    BalasHapus
  2. terimakasih.... semoga bisa mengamalkan apa yg dituliskan.

    BalasHapus
  3. ciee..kak dim..susah suit..susah suit ternyata di cemburui oleh ikhwan hehehe..
    Betul kak dim..move on! Walau halangan rintangan..(*nyanyi lagu ost kera sakti)

    BalasHapus
  4. hahaha... si ishma ada2 aja neh! lumayan lah ketawa buat meregangkan otot2 yg sempat tegang karena kesal dengan omongan seseorang tadi! danke.. :)

    BalasHapus
  5. mas, kok mirip ya? walaupun saya akui saya belum seagamais mas Dimas...

    BalasHapus
  6. kita kok mirip mulu ya? jangan2 kembar nih! hehehe... ah saya gak seperti yg mas Yusman bayangkan, saya jg masih dalam proses belajar. :)

    BalasHapus
  7. iya, kembar, cuma beda bapak beda ibu >:)

    BalasHapus
  8. kg baca dunk, judul postingan rena yg judulnya hidup sehat ala rena
    share deh hehhehe

    BalasHapus