Kamis, 30 September 2010

Sepertinya saya perlu waktu lama untuk mengubah jiwa Musashi menjadi Napoleon Bonaparte. (=..=)"

Selamat Menempuh Hidup Baru

Sembilan puluh sembilan mahasiswa Indonesia akan berangkat ke Jepang pada awal bulan Oktober 2010 untuk melanjutkan pendidikan mereka di berbagai bidang sebagai Penerima Beasiswa Pemerintah Jepang (Ministry of Education, Culture, Sports, Science and Technology-MEXT/Mombukagakusho).

Pada tanggal 30 September, bertempat di Kedutaan Besar Jepang, telah diselenggarakan
acara pemberangkatan bagi para penerima beasiswa pemerintah Jepang. Dalam acara
tersebut Duta Besar Jepang untuk Republik Indonesia Kojiro Shiojiri juga hadir untuk
memberikan dukungan semangat kepada para mahasiswa.

Sembilan puluh sembilan mahasisa penerima beasiswa yang berangkat ke Jepang terdiri dari :

(1) Research Students : 82 orang Program penelitian sebagai mahasiswa pasca sarjana, setelah lulus ujian masuk para mahasiswa dapat melanjutkan ke jenjang Master/Doktor.

(2) Japanese Studies Students : 7 orang Program penelitian di universitas selama 1 tahun, ditujukan bagi mahasiswa yang khusus mempelajari bahasa dan budaya Jepang.

(3) Teacher Training Studies : 6 orang Program penelitian di universitas selama 6 bulan, ditujukan bagi pengajar pendidikan tingkat dasar dan menengah.

(4) Young Leader’s Program : 4 orang Program yang bertujuan untuk mendidik pemimpin masa depan dengan tugas belajar jenjang Master.

Penerima Beasiswa Pemerintah Jepang, tiap tahun dibagi dalam 2 kali keberangkatan, yaitu
bulan April dan bulan Oktober dan jumlah mahasiswa penerima beasiswa yang berangkat
termasuk 83 orang mahasiswa pada bulan April lalu, menjadi 182 orang mahasiwa.

Selamat menempuh hidup baru untuk para kohai dan senpai semua...
Jangan lupa tanah air setelah selesai menimba ilmu di negri Samurai yah!
Kita bangun Indonesia ADIL dan SEJAHTERA!
Hwehehehe....

Selasa, 28 September 2010

Jalan-Jalan ke Luar Angkasa Silaturahim dengan Alien (bagian 1)

Hey.. hey.. siapa dulu yang waktu kecil suka berkhayal bahwa di tahun 2000 itu kita sudah punya teknologi yang super canggih. Yah... maklum lah... soalnya saya kan produk keluaran pertengahan tahun 80-an gitu, jadi saat sedang masa asik-asiknya berkhayal itu adalah sekitar tahun 90-an. Waktu itu saya sering berkhayal bahwa tahun 2000 kita sudah punya mobil yang bisa terbang, motor bisa terbang, rumah-rumah bentuknya seperti kapsul besar, pembantu rumah tangganya pake robot canggih yang sangat mirip manusia. Mirip seperti yang ditampilkan di film-film fiksi ilmiah seperti Star Trek dimana tiap makhluk penghuni di seluruh galaksi alam semesta dapat saling berhubungan. Orang Bumi bisa ketemuan sama orang Mars, atau dari planet di sistem tata surya yang lain. Wah... keren... hahaha!

Oops... bentar-bentar, jadi keceplosan ngomongin adanya makhluk lain yang hidup selain di Bumi nih. Hehehe... ngomongin yang satu ini saya yakin masih banyak pro dan kontra. Ada orang yang percaya dan ada juga yang nggak. Yah... hak masing-masing sih, silahkan saja mau percaya apa nggak! Tapi kalau saya pribadi sih, PERCAYA! We are not alone in the universe. Ehemmm... mudah-mudahan sudah mulai hot nih pembahasannya.

Okay saya mengerti kalau ada beberapa orang yang tidak percaya bahwa kemungkinan ada makhluk hidup lain selain yang ada di Bumi. Orang-orang biasa menyebut mereka dengan "alien". Artinya adalah "makhluk asing". Tapi kalau saya sih terus terang agak kurang setuju dengan penyebutan alien. Sebab kalau disebut makhluk alien, seolah-olah seperti ada makhluk lain selain manusia, malaikat, jin, hewan, dan tumbuhan. Padahal, kalau merunut di Al-Qur'an, yang namanya makhluk Allah ya hanya tergolong apakah dia manusia, malaikat, jin, hewan, atau tumbuhan saja, gak ada yang namanya alien. Tapi ya karena orang sudah lebih akrab dengan istilah itu, ya sudah lah... asal jangan dikaburkan saja maknanya.

Sekarang mari kita mulai cerita kali ini dengan penggambaran sebesar atau seluas apa sebenarnya alam semesta kita ini.

Yuk kita lihat dan baca terjemahan Al-Qur'an dari surah Ath-Thalaq ayat 12. Sengaja di sini saya mengutip terjemahan ayat dari beberapa sumber agar bisa dibandingkan antara satu terjemahan dengan terjemahan yang lainnya.

1. Terjemahan Departemen Agama RI:

"Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya Allah ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu."

2. Dari http://etext.virginia.edu:
"Allah is He Who created seven heavens, and of the earth the like of them; the decree continues to descend among them, that you may know that Allah has power over all things and that Allah indeed encompasses all things in (His) knowledge."

3. Terjemahan Bahasa Inggris:
"GOD created seven universes and the same number of earths. The commands flow among them. This is to let you know that GOD is Omnipotent, and that GOD is fully aware of all things."



Jarak bumi dan matahari kurang lebih 149.680.000 atau hampir 500 detik perjalanan cahaya yang mendekati 300 ribu km per detik. Tapi kalau dibandingkan dengan naik bus jurusan Jakarta - Surabaya yang suka ngebut dengan kecepatan 100 km per jam biar di belokan dan bukan tol, waktu tempuhnya lebih dari 62 ribu hari atau 170 tahunanlah. Itupun kalau bus nya nggak mogok, nggak ada macet atau kecelakaan yang mengorbankan penumpang.

Bayangin deh, Nyaris segala bentuk kehidupan yang ada di bumi ini ditentukan oleh kehadiran matahari yang besarnya juga hampir 1.000.000 kali ukuran bumi. Yang perlu diketahui juga, matahari hanyalah 1 bintang dari jutaan trilyun bintang yang ada di alam semesta. Tau nggak luas alam semesta yang saat ini diketahui berapa luasnya? Ternyata ukurannya sejauh 78 milyar tahun cahaya. Itu artinya jarak yang dapat ditempuh oleh berkas cahaya dalam waktu 78 milyar tahun. Kalau kecepatan cahaya sendiri adalah 300.000 km/detik. Nah silahkan hitung sendiri deh berapa jaraknya!

Oke mungkin kita semua bingung akan besaran angka yang ditulis di atas. Otak kita tidak terbiasa membayangkan besaran atau seberapa luas kah yang namanya 78 milyar tahun cahaya itu. Jadi kalau gitu sekarang mari kita bikin lebih simpel. Tahun 1995, teleskop Hubble pernah merekam gambar selama 10 hari ke salah satu bagian sudut luar angkasa. Hasilnya adalah sebuah gambaran yang luar biasa mengenai Jagad Raya. Ribuan galaksi terpampang pada gambar tersebut. Kira0kira sekitar 3.000 galaksi ditampakkan dari hanya satu sudut angkasa saja, yang sebelumnya tampak kosong belaka.

Kita tinggal pada sebuah planet, satu di antara 8 buah yang terdapat di Tata Surya kita (Pluto sudah dianggap bukan planet anggota sistem Tata Surya Bima Sakti lagi). Planet-planet itu mengelilingi sebuah bintang (matahari). Bintang atau matahari kita terletak pada galaksi 1 di antara 500 milyar bintang-bintang lain yang ada pada Galaksi Bima Sakti.

Gambar di bawah ini adalah gambar paling jelas yang pernah diambil oleh teleskop Hubble adalah gambar Galaksi Spiral yang ada di gugusan Ursa Mayor. Sebuah Galaksi yang mirip dengan Galaksi kita. Setiap titik cahaya yang tampak di sana adalah bintang. Sebagian lebih besar dan sebagian lain lebih kecil dari matahari kita, namun semuanya adalah bintang. Banyak di antara bintang-bintang tersebut memiliki planet-planet yang mengitarinya. Melihat gambar ini, ide bahwa planet Bumi mungkin merupakan satu-satunya planet di Jagad Raya yang terdapat kehidupan justru terdengar aneh! Yang tampak justru adalah;sepertinya ada banyak planet yang mungkin mirip dengan planet kita. Galaksi kita, hanya 1 di antara banyak galaksi dalam kelompok lokal kita. Dan terdapat banyak, sangat banyak galaksi.


Saat kita memandang ke angkasa, kita hanya bisa melihat sekitar 3.000 bintang di langit malam yang cerah. Dengan begitu, akan mudah menganggap semua itulah yang ada. Jagad Raya bahkan kedengarannya tidak terlalu besar. Foto 'Bagian Dalam' yang diambil teleskop Hubble telah bisa memberikan sedikit gambaran mengenai beberapa besar kira-kira Jagad Raya kita. Tapi ceritanya nggak berhenti sampai di sana lho!

Selanjutnya, bulan September 2003, Teleskop Hubble mengambil gambar lagi. Kali ini, ia menyoroti sisi lain dari Jagad Raya dan merekam gambar selama kira-kira 11 hari. Menggunakan peralatan deteksi, serta filter yang diperbarui, dan kali ini kita mendapat gambar yang seperti ini:



Gambar di atas yang disebut dengan gambar Ultra Dalam. Untuk menunjukkan bagian paling jauh yang pernah kita amati di Jagad Raya. Lebih dari 10.000 galaksi terfoto dalam gambar ini. Tiap-tiap titik, berkas, maupun goresan-goresan tipis adalah GALAKSI. Dan pada tiap bagian titik-titik ini terdapat berjuta-juta bintang. Setiap bintang punya kemungkinan memiliki planet-planet yang mengelilinginya. Begitu juga setiap planet punya kemungkinan untuk terdapat kehidupan. Itulah yang sesungguhnya kita lihat. Pada saat kita tatap bagian langit yang tampaknya kosong belaka, angka tadi adalah jumlah galaksi dalam satu gambar. Ini merupakan gambaran dari 78 milyar tahun cahaya. Sebuah gambaran mengenai betapa kecilnya kita sesungguhnya.

(masih bersambung loh... )

Rabu, 15 September 2010

Selama Ini Kita Telah "Ditipu" Oleh Otak Kita Sendiri

Untuk mulai membahas, maka kali ini akan saya awali dengan sebuah pertanyaan, "Pernahkah kawan-kawan berpikir bahwa apa yang ada di sekeliling kita itu tidak lebih hanya sekumpulan ilusi yang dibentuk oleh otak kita?"

Apa yang akan saya jelaskan sebenarnya sudah tercantum dengan sangat gamblang dalam Al-Qur'an. Di beberapa ayat, Allah SWT memberi petunjuk bahwa dunia ini hanyalah ilusi, sesuatu yang fana dan tidak absolut, sesuatu yang menipu dan penuh senda gurau, dan penggambaran-penggambaran lainnya yang semakna.

Setidaknya saya menemukan ada beberapa ayat dalam Al-Qur'an yang mempertegas pernyataan di awal tadi. Bahwa dunia dan segala yang ada di dalamnya tidak lebih hanyalah tipu daya belaka! Berikut ini adalah beberapa ayat dalam Al-Qur'an yang menjelaskan tentang hal tersebut:


1. Al-Qur'an menyebutkan bahwa kehidupan di dunia tidak lebih hanya main-main dan senda gurau semata:

"Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?" (QS. Al-An'Am: 32)

"Dan tinggalkanlah orang-orang yang menjadikan agama mereka sebagai main-main dan senda-gurau, dan mereka telah ditipu oleh kehidupan dunia...." (QS. Al-An'am: 70)

"Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui." (QS. Al-Ankabut: 64)

"Sesungguhnya kehidupan dunia hanyalah permainan dan senda gurau. Dan jika kamu beriman serta bertakwa, Allah akan memberikan pahala kepadamu dan Dia tidak akan meminta harta-hartamu." (QS. Muhammad: 36)


2. Al-Qur'an menyebutkan bahwa kehidupan di dunia adalah tipuan semata:

"Hai golongan jin dan manusia, apakah belum datang kepadamu rasul-rasul dari golongan kamu sendiri, yang menyampaikan kepadamu ayat-ayat Ku dan memberi peringatan kepadamu terhadap pertemuanmu dengan hari ini? Mereka berkata: "Kami menjadi saksi atas diri kami sendiri", kehidupan dunia telah menipu mereka, dan mereka menjadi saksi atas diri mereka sendiri, bahwa mereka adalah orang-orang yang kafir." (QS. Al-An'am: 130)

"(yaitu) orang-orang yang menjadikan agama mereka sebagai main-main dan senda gurau, dan kehidupan dunia telah menipu mereka...." (QS. Al-A'raf: 51)

"Yang demikian itu, karena sesungguhnya kamu menjadikan ayat-ayat Allah sebagai olok-olokan dan kamu telah ditipu oleh kehidupan dunia..." (QS. Al-Jatsiyah: 35)

"Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur.  Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu." (QS. Al-Hadid: 20)


3. Peringatan Allah agar manusia tidak terpedaya dengan kehidupan dunia:

"Hai manusia, sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka sekali-kali janganlah kehidupan dunia memperdayakan kamu dan sekali-kali janganlah syetan yang pandai menipu, memperdayakan kamu tentang Allah." (QS. Al-Fathir: 5)

"Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu dan takutilah suatu hari yang (pada hari itu) seorang bapak tidak dapat menolong anaknya dan seorang anak tidak dapat (pula) menolong bapaknya sedikit pun.  Sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia memperdayakan kamu, dan jangan (pula) penipu (setan) memperdayakan kamu dalam (menaati) Allah." (QS. Lukman: 31)


Tanpa perlu saya cantumkan kembali ayat-ayat tersebut di tulisan ini, saya yakin banyak orang yang sudah mengetahui akan hal itu. Hanya saja sayangnya kebanyakan orang pemikirannya terhenti hanya sebatas pada sisi ke-fana-an duniawi saja. Sisi yang saya maksud tersebut adalah lebih pada sisi zuhudnya saja. Banyak orang yang akhirnya menyikapi ayat-ayat tersebut dengan hidup yang sederhana saja (karena memang Allah katakan bahwa kehidupan dunia itu hanya tipu daya belaka), tetapi tanpa pernah memikirkan lebih lanjut sebenarnya apa yang Allah maksud dengan "kehidupan dunia yang menipu, memperdaya, senda gurau, dan main-main" tersebut. Padahal jika saja kita mau merenungkan dan memikirkan lebih dalam, niscaya kita bisa temukan jawaban secara pendekatan ilmiahnya. Penjelasan secara ilmiah yang inilah yang saya maksud akan sulit difahami atau bahkan dipercaya seperti yang telah saya katakan di awal.

Fakta mencengangkan mengenai hal ini semuanya bermula ketika atom dan permodelan strukturnya ditemukan. Dulu manusia mengira bahwa atom adalah penyusun materi yang paling kecil. Namun, penelitian terbaru di awal abad ke-21 ternyata menghasilkan fakta baru. Atom bukan penyusun materi yang paling kecil, melainkan masih ada lagi unsur penyusun atom yang ukurannya pasti jauh lebih kecil daripada atom itu sendiri.
Partikel penyusun atom itu lah yang disebut dengan quark. Sebagaimana telah kita ketahui, bahwa atom adalah suatu molekul/zat dasar penyusun materi. Materi apa pun itu, pasti tersusun atas kumpulan atom-atom. Dalam satu molekul atom, bisa tersusun dari beberapa partikel proton, elektron, dan neutron. Partikel-partikel dalam satu molekul atom tersebut terus berrevolusi mengelilingi inti atom sesuai pada orbitnya masing-masing, sama seperti halnya planet-planet dalam sistem galaksi Bima Sakti berrevolusi mengelilingi Matahari. Karena partikel-partikel dalam atom tersebut yang terus berputar mengelilingi inti atom, maka dapat kita ketahui bahwa di antara partikel-partikel dalam atom tersebut sebenarnya hanyalah ruang-ruang kosong. Sama halnya ketika kita membayangkan pergerakan planet di sistem Tata Surya kita. Antara planet Bumi dengan planet Venus tentunya dipisahkan oleh ruang hampa, bukan?! Hal ini lah yang selanjutnya masih menjadi pertanyaan besar dalam bidang fisika quantum. Bagaimana mungkin sebuah atom yang sebenarnya terdiri dari ruang kosong mampu membentuk materi yang berwujud cair, padat, atau gas?

Namun, pertanyaannya ternyata tidak berhenti sampai di sana. Jika memang atom-atom penyusun materi tersebut adalah suatu ruang kosong, maka bagaimana mungkin kita dapat merasakan keberadaan materi tersebut? Agar lebih jelas, mari saya gambarkan lewat sebuah contoh berupa meja. Meja tentunya merupakan wujud suatu materi. Sebagaimana telah dijelaskan tadi, bahwa setiap materi tersusun atas atom. Dalam atom sendiri sebenarnya terdapat ruang-ruang kosong yang memisahkan antara satu partikel dengan partikel lain. Tapi pada kenyataannya sekarang, lewat kumpulan atom yang tidak lain hanya ruang-ruang kosong tersebut kita bisa memegang, melihat, dan merasakan bahwa meja itu memang benar ada dan masif. Padahal sebenarnya bukan kah meja tersebut terkumpul dari atom-atom yang memiliki ruang yang kosong? Lalu bagaimana mungkin sekumpulan atom-atom yang memiliki ruang kosong tersebut dapat membentuk sebuah wujud materi yang padat seperti meja?

Sebenarnya hal itu bisa terjadi dikarenakan apapun yang kita persepsikan sebagai "dunia luar", sebenarnya merupakan serial dari sinyal-sinyal elektrik semata. Yang saya maksud dengan "dunia luar" adalah segala sesuatu yang ada di luar kita atau lingkungan sekitar kita. Coba kita ambil contoh "penglihatan". Kita bertanya "bagaimana kita bisa melihat?" Jawaban gampangnya tentu "karena adanya mata". Padahal jawaban yang sebenarnya tidak segampang itu.

Kita bisa melihat benda itu dikarenakan serangkaian proses yang terjadi di dalam mata dan otak kita sendiri. Pertama, berkas cahaya yang dinamakan foton masuk ke mata kita setelah memantul dari benda yang tersinari cahaya. Selanjutnya foton-foton tersebut akan dikonversikan ke dalam sinyal-sinyal listrik dan dibawa ke otak kita dalam bentuk ini. Jadi, apa yang sampai ke mata kita sebenarnya bukanlah foton-foton dari objek yang kita lihat, melainkan sinyal-sinyal yang dihasilkan dari reaksi foton yang mengenai lapisan tertentu dari mata. Dengan kata lain, pusat penglihatan yang ada di dalam otak tidak memproses cahaya dari objek, melainkan justru copy/salinan dari cahaya tersebut lah yang sudah berbentuk sinyal-sinyal elektrik. Saat kita bilang "saya sedang melihat benda ini", kita sebenarnya tidak sedang melihatnya. Apa yang kita lihat adalah sinyal-sinyal elektrik yang menggambarkan objek/benda tersebut di dalam otak kita. Apa pun yang kita lihat, termasuk alam semesta, sebenarnya hanya melalui pusat penglihatan kita yang ukurannya hanya beberapa centimeter persegi saja!!!

Dengan demikian, bisa dikatakan kalau sebenarnya kita bukan melihat dengan mata, tapi justru dengan pusat penglihatan kita. Ini bertentangan dengan pendapat yang diketahui selama ini. Sebab terbukti, tidak ada cahaya yang masuk ke otak. Otak kita selalu dalam keadaan gelap. Kita dapati hasilnya selalu nihil cahaya, meskipun saat itu orang yang bersangkutan sedang memandang matahari secara langsung. Pantulan cahaya dari benda yang kita lihat tidak pernah masuk dan sampai ke otak sama sekali. Kesimpulannya, otak tidak pernah melihat objek itu sendiri, namun otak hanya mempersepsikan sinyal elektrik dari objek yang dilihat.

Seorang ilmuwan, Bertrand Russle, dalam bukunya The ABC of Relativity memberi contoh berikut:

"Pendapat awam membayangkan bahwa ketika kita melihat meja, kita melihat meja. Ini adalah delusi kasar. Ketika awam melihat meja, sebuah gelombang cahaya mencapai mata, kemudian diasosiasikan dengan sensasi sentuhan dalam pengalaman sebelumnya, dan juga dari pengakuan orang lain yang juga melihat meja itu, maka dianggaplah bahwa kita bisa benar-benar menemukan meja (jika memang meja itu ada). Kejadiannya adalah: Gelombang cahaya menyentuh mata, menimbulkan keadaan tertentu di mata kita. Keadaan itu kemudian menyebabkan keadaan-keadaan lain di dalam otak kita, dan kemudian kita menyangka melihat meja, meskipun sebenarnya mungkin saja keadaan-keadaan itu dapat terjadi tanpa benar-benar ada meja di sana."

Proses mendengar juga tidak berbeda dengan yang lain. Gelombang bunyi mencapai telinga kemudian dikonversikan ke dalam sinyal-sinyal elektrik dan dibawa oleh sel saraf ke pusat pendengaran. Sebagaimana dengan mekanisme 'melihat' tadi, yang  sampai ke otak adalah sinyal-sinyal elektrik yang merupakan copy gelombang bunyi tadi.

Fakta yang berhubungan dengan penglihatan ini ternyata juga sama pada indera-indera yang lain. Kita mencium sinyal-sinyal elektrik, mendengar sinyal-sinyal elektrik, termasuk kita mengecap sinyal-sinyal elektrik saat makan.

Sejauh ini, jelaslah bahwa semua objek yang kita lihat, sentuh dan raba, cuma sinyal-sinyal yang diproduksi dan diinterpretasikan di dalam otak kita.

Dengan demikian, "dunia luar" yang diperkenalkan kepada kita oleh indera kita, adalah sekumpulan copy berbentuk sinyal elektrik semata. Otak kita, sepanjang hidupnya, memproses dan mengevaluasi copy-copy ini.

Kita selama ini percaya bahwa kita terhubungkan dengan objek yang "sesungguhnya", tapi ternyata kita hanya berhubungan dengan copy dari image-image objek. Tanpa kita pernah tahu apakah objek/benda itu memang benar-benar ada !!!

Pembahasan kita tidak berhenti hanya sampai di sini. Jika sekarang telah terbukti bahwa apa yang kita lihat, dengar, pegang, dan kecap dengan seluruh indera kita ternyata tidak lebih dari sekumpulan sinyal-sinyal elektrik yang dipersepsikan oleh otak. Lalu bagaimana sebenarnya dengan otak kita sendiri? Bukan kah otak kita juga merupakan wujud dari objek/benda/materi?

Sebagai ilustasi, sekarang mari kita anggap bahwa kita dapat memanjangkan saraf-saraf antara mata dengan pusat penglihatan di otak kita. Lalu kita dapat mengeluarkan otak kita tepat di depan mata kita dengan kondisi saraf-saraf penghubung organ mata dengan otak masih berfungsi normal. Bukankah dengan begitu kita juga dapat melihat otak kita sendiri? Dengan demikian, sama halnya dengan benda-benda atau materi yang lainnya. Otak kita juga memang tidak berbeda dengan materi yang selama ini kita lihat atau indera. Otak juga adalah materi yang terlihat seolah-olah memiliki wujud seperti yang kita lihat.

Dengan demikian semakin jelas, bahwa apa yang kita lihat, cium, rasakan, dengan segala indera yang kita miliki dalam tubuh sebenarnya tidak lebih daripada interpetasi otak sendiri terhadap benda-benda tersebut. Kita tidak pernah tahu secara pasti bagaimana sebenarnya wujud atau keberadaan benda-benda di sekitar kita karena yang kita lihat adalah hanya bentuk intepretasi dari otak. Secara sederhana dapat kita anggap bahwa dalam otak telah dimuat segala macam informasi yang mirip seperti sebuah super komputer yang sangat canggih. Di dalamnya terdapat berbagai macam data dan software yang sewaktu-waktu dapat kita panggil atau tampilkan sesuai dengan yang kita inginkan. Allah lah yang membuat dan mendesain software, data-data, serta segala sesuatu yang terkait dengannya, sedangkan kita hanya bisa menggunakan tanpa bisa mengubah. Dengan demikian, tentu kita hanya tahu sebatas apa yang telah ada dalam desain tersebut, tanpa pernah tahu proses kerja pembuatan software tersebut, apalagi ada rahasia apa di baliknya. Sebagai contoh lagi, kita melihat bahwa batu itu bentuknya ada yang lonjong, bulat, atau kisut karena memang otak kita menerjemahkan bahwa bentuk batu tersebut seperti itu. Tapi sekali lagi, tanpa kita pernah tahu apakah bentuk original dari batu itu memang seperti itu?! Bahkan secara ekstrim dapat juga saya simpulkan bahwa sebenarnya bukan kita yang ada di dalam alam semesta, melainkan alam semesta lah yang ada di dalam otak kita! Otak kita sendiri lah yang selama ini menciptakan berbagai intepretasi tentang "dunia luar" yang ada di sekitar kita.

Rasanya hampir lucu sekali ketika saya katakan bahwa selama ini kita hidup dalam dunia yang sebenarnya dibentuk oleh otak kita sendiri. Tapi memang begitulah fakta yang sebenarnya terjadi.

Jika sampai penjelasan sekarang ini kita berkesimpulan bahwa otak, sang penerjemah "dunia luar", juga merupakan bagian dari "dunia luar" itu sendiri, lantas siapakah sebenarnya yang dapat melihat, mencium, memegang, meraba, mendengar, tanpa melalui indera dalam tubuh kita? Dia tentu adalah sebuah zat yang tidak tergolong materi, sosoknya absolut, dan bersumber dari kekuatan Ilahiah. Itulah ruh. Nyawa kita sendiri. Ruh yang telah Allah tiupkan sejak usia ke-4 bulan kita dalam kandungan ibu kita. Itu lah sosok yang sebenarnya ada dan bersifat kekal.