Minggu, 08 November 2009

Inilah Aku Si Raja Gagal

Cukup banyak teman yang mengatakan bahwa saya adalah orang yang 'beruntung'. "Wah... Dimas keren ya bisa dapet beasiswa ke Jepang", kata seorang teman. "Wah... hebat, masih muda tapi udah bisa ngehasilin duit sendiri", kata teman yang lain. Juga banyak pernyataan sejenis yang saya dengar langsung atau dari pihak ketiga. Ahh.... seandainya mereka semua tau bahwa apa yang saya peroleh, impian-impian saya itu, juga apa yang menjadi hasrat hidup saya tidak semudah itu saya peroleh, seperti yang mereka kira. Kalau dihitung-hitung, mungkin saya termasuk salah satu orang yang paling sering gagal. Iya betul... paling sering gagal alias si raja gagal.

Barangkali perlu saya ceritakan beberapa kisah kegagalan yang pernah saya alami. Sebenarnya sih banyak banget, tapi kalau saya ceritakan semua, malu juga sih... masak aib sendiri dibuka-buka sih?! Hehehe...! Walaupun yang namanya kegagalan, kalau disikapi dari sudut pandang positif bisa menjadi penyemangat, tapi ya tetap saja kurang menyenangkan juga kalau diketahui banyak orang. Ya nggak? Hehe...

Hmmm... banyak orang yang mengira bahwa saya memiliki otak jenius mirip Einstein. Padahal sebenarnya IQ saya tidak lebih dari 110 saja. Angka itu saya ketahui setelah mengikuti tes psikologi dan IQ saat masih SMA dulu. Nilai 110 itu jika dikategorikan sebenarnya hanya masuk kategori di atas rata-rata saja, sama sekali bukan jenius. Saya juga orang yang malas untuk belajar dengan sistem konvensional. Saya pasti akan langsung kabur jika harus belajar berjam-jam dengan duduk diam saja di belakang meja sambil membaca setiap susunan kalimat dalam buku. Bukan karena saya pemalas, hanya saja cara seperti itu bukan cara belajar saya.

Saya memang telah mewujudkan impian saya yang ke 48. Impian itu adalah ingin merasakan pendidikan di Negeri Para Samurai. Tapi sungguh perjalanan untuk mewujudkan itu tidaklah mudah. Sebenarnya impian agar suatu saat bisa ke Jepang itu bukan untuk belajar sih, tapi sekedar main-main saja. Hehehe...! Tapi kemudian saya merenung kembali. Ah masak sih pergi jauh-jauh kok tidak bisa membawa sesuatu yang bisa bermanfaat? Kalau sekedar jalan-jalan sih mungkin mudah, semua orang bisa melakukan. Tapi kalau sambil belajar, mungkin ada nilai tambah yang bisa diambil manfaatnya. Akhirnya saya ubah misi ke Jepang dengan kalimat "merasakan belajar di Jepang".

Saya menyadari bahwa ayah saya saat itu sepertinya tidak cukup mampu kalau harus membiayai kuliah saya di luar negeri dari kocek pribadi. Apalagi ayah tau betul biaya hidup di Jepang tinggi sekali, karena beliau pun dulu pernah kuliah di Jepang dengan beasiswa pemerintah. Jadi saya pikir satu-satunya jalan untuk mewujudkan mimpi itu adalah dengan mendapat beasiswa juga seperti ayah saya.

Perjuangan pertama saya untuk mewujudkan impian itu dimulai ketika saya kelas 2 SMA. Saat itu ada program pertukaran pelajar SMA yang disponsori oleh AFS (American Field Service), sebuah lembaga non profit kerjasama pemerintah Indonesia dengan pemerintah Amerika Serikat yang bergerak di bidang pertukaran budaya. Saat itu saya dan beberapa teman ikut seleksi. Seleksinya sendiri diadakan di seluruh Indonesia, kemudian 5 orang yang terpilih akan dikirim ke Jepang untuk mengikuti program pertukaran belajar selama 3 bulan di SMA Jepang. Dari SMA saya ada 8 orang yang ikut seleksi itu, saya salah satunya. Seleksinya meliputi tes pengetahuan umum, tes bahasa Jepang, dan tes wawancara. Singkat cerita, saya gagal dalam seleksi. Entah di bagian tes yang mana saya gagalnya, yang jelas saya gagal. Akhirnya teman se-SMA saya lah salah satu peserta seleksi yang lulus dan berangkat ke Jepang. Huh... baiklah, itu kegagalan saya yang pertama untuk mewujudkan impian belajar di Jepang. Tapi dunia belum kiamat, walau sedikit kecewa, saya tidak mau berhenti sampai di sana.

Setahun kemudian saya pun lulus dari SMA. Sebelum kelulusan saya diberitahu oleh wali kelas tentang program saringan masuk universitas Jepang melalui tes EJU (Examination for Japanese University). Wow... tentu saja saya berminat mengikutinya. Kata wali kelas waktu itu, "kalau mau, kamu bisa ikut, tesnya di Jakarta. Nanti kalau nilai tesnya bagus, bisa sekalian dapat beasiswa." Saya pun ikut tes EJU. Tesnya berupa tes Kemampuan Bahasa Jepang, Matematika, Biologi, dan Fisika. Tak diduga ternyata salah satunya ada tes Kemampuan Bahasa Jepang. Tentu saja saya tidak bisa mengerjakannya dengan baik, karena waktu itu pengetahuan Bahasa Jepang saya lemah sekali. Walaupun dulu saya pernah tinggal di Jepang cukup lama ketika ayah kuliah di Jepang, tapi itu waktu kecil, sudah banyak yang lupa. Setelah kira-kira 1 bulan, hasil ujiannya pun dikirim ke rumah. Seperti yang sudah saya duga sebelumnya, saya tidak lulus seleksi. Saya menduga mungkin karena nilai tes Bahasa Jepangnya yang kecil. Karena bobot nilai untuk tes itu merupakan yang paling besar. Tapi ya sudah lah... itu untuk yang kedua kalinya saya gagal. Tapi apakah saya lantas berhenti? TIDAK!!! Saya masih ngotot untuk bisa mewujudkan mimpi saya.

Karena sudah tidak ada kesempatan lain lagi pada tahun itu, akhirnya saya memutuskan ikut SPMB saja. Lalu diterima lah saya di UGM. Selama setahun saya mengikuti perkuliahan di sana. Di tahun berikutnya, saya kembali ikut tes EJU. Berbekal pengalaman kegagalan yang saya alami di tahun yang lalu, maka saya pun mempersiapkan kemampuan Bahasa Jepang saya dengan ikut kursus selama setahun ke belakang. Sesaat setelah saya ikut tes EJU, ternyata ada informasi beasiswa Monbukagakusho dari Pemerintah Jepang. Wah... saya pikir ini adalah kesempatan lagi, maka saya putuskan juga untuk mengikutinya. Tak lama kemudian, hasil tes EJU kembali dikirim ke rumah. Jreng... jreng... jreng... lalu apakah kali ini saya lulus? Jawabannya ternyata TIDAK, pemirsa! Haduh... hampir frustasi rasanya saat itu. Padahal selama setahun belakangan saya merasa sudah mempersiapkan diri semaksimal mungkin untuk tes EJU di tahun berikutnya. Lalu kemudian saya teringat kalau saya masih punya satu amunisi lagi, beasiswa Monbukagakusho. Tak henti-hentinya saya terus berharap, berdoa, dan berusaha agar amunisi yang terakhir itu bisa mengenai sasaran.

Karena prestasi saya di UGM agak mengecewakan karena saat itu malah lebih fokus cari duit sendiri daripada kuliah. Lalu dengan bermodalkan percaya diri tingkat tinggi bahwa seleksi Monbukagakusho bisa lulus, saya memutuskan berhenti kuliah di UGM. Tapi lama-lama agak khawatir juga, mengingat saya sudah 2 kali gagal tes EJU, lalu bagaimana jika tes Monbu juga gagal, bisa-bisa malah tidak kuliah sama sekali. Akhirnya untuk jaga-jaga, saya ikut SPMB lagi, kemudian lulus lagi dan diterima di Unpad. Tak lama setelah pengumuman hasil SPMB, pengumuman beasiswa Monbu pun datang. Hayo tebak, apakah kali ini saya gagal lagi? Hohoho.... masak sih kali ini gagal lagi. Yak... alhamdulillah kali ini saya berhasil, pemirsa! Tapi beasiswa itu untuk keberangkatan tahun depannya. Dan untungnya saya sudah diterima di Unpad, jadi ya sambil menunggu keberangkatan, jadi tidak nganggur-nganggur amat kan. Hehehe...

Itu dia sedikit cerita kegagalan saya dalam mewujudkan mimpi ke-48. Apa yang saya ceritakan itu adalah kegagalan dari satu bidang saja lho. Masih banyak lagi serangkaian proses kegagalan yang pernah saya alami selain yang saya ceritakan di atas.

Lewat cerita di atas, saya sebenarnya hanya ingin memberikan motivasi pada teman-teman semua. Peristiwa demi peristiwa silih berganti, Selesai satu persoalan muncul persoalan yang lain, Ada yang menyenangkan tetapi juga banyak yang terasa pahit. Demikianlah kita menyikapi kegagalan yang dihadapi. Di balik kegagalan sebenarnya kita sudah menemukan beberapa kesuksesan. Hanya saja, kita lebih sering melihat hasil garis finish dari start. Padahal, tidak akan dapat mencapai finish kesuksesan tanpa melalui jalur start. Renungkalah ragam kehidupan kita, tidak ada yang mulus terus menerus menikmati kesuksesan. Andaikan seseorang tidak pernah mengalami kegagalan, maka mereka tidak akan merasakan apa yang disebut sukses. Atau kita berbaik sangka saja kepada Allah SWT, bahwa di balik kegagalan pasti ada rahasia besar yang ingin ditunjukkan kepada hamba-Nya ini.

27 komentar:

  1. Fyuuh,,,,yoyoi gak boleh patah semangat ^
    An pikir kaka pindah2 kul karena ga betah hehe

    BalasHapus
  2. huahahaha...itu salah 1 faktor juga sih chan... :)

    BalasHapus
  3. terimakasih... terimakasih...
    semangat jugaaa!!! (^o^)/

    BalasHapus
  4. hebat...salut dengan perjuangannya

    BalasHapus
  5. sepakat...^___^
    "mereka yang sukses bukanlah yang tidak pernah gagal, namun yang berhasil bangkit kembali dari kegagalannya"

    subhanallah perjuangannya...ane jg harus semangat nih...jfs...^__^

    BalasHapus
  6. Wah kang dimas,nuklirUGM dilepas.hehe
    Unpad emang yg trbaik bwt kang dimas,buktinya udah mau brangkat lg k francais..
    Sy prnah bca buku,,katany kesuksesan itu bisa diulang,karena bukan suatu kebetulan..ada usaha dan kegagalan di sana
    Bisa jd inspirasi bnyk org th cerita kang dimas

    BalasHapus
  7. kok kisah hidupnya mirip dengan saya ya....
    dimas sekarang di kyodai kan? insya 4jj1 april 2010 saya ke kyodai juga, melalui jalur monbusho research student...

    kapan2 saya jg pengen ah bikin blog beginian kaya mas dimas... hehehe.....

    BalasHapus
  8. yeahhhh... semangat semangat...!!!

    BalasHapus
  9. mohon doanya saja okay... semoga dipermudah... :)

    BalasHapus
  10. iya... bikin juga donk mas yusman....
    biar bisa menginspirasi banyak orang... hehehe...

    BalasHapus
  11. Wah, ternyata bukan penyuka model belajar berjam-jam juga ya?
    Kirain, saya aja yg suka kabur kalau disuruh duduk lama buat belajar :D
    Tapi memang tiap orang punya 'klik' masing2 dgn cara2 unik menuju keberhasilan. Ada beragam kata2 tertentu yg mungkin telah dihapus dari kamus pribadi masing2. Misalnya, host Mom saya di Nagoya selalu nyebut saya 'akirameru kotoba ga nai' Isti chan :D

    Thank you for the sharing anyway.

    BalasHapus
  12. Insya Allah,,pasti saya doain lah kang..hehe

    BalasHapus
  13. semangat....
    kak waktu di jogja dlukan k2 sempet kursus bhsa jepang ntu dimana???

    BalasHapus
  14. di balik kegagalan ...cerita manisnya selalu SERU...
    asyikk....^_^

    BalasHapus
  15. iya, kegagalan adl sukses yg tertunda, benar2 fokus pada keinginan yg diraih, Allah tidak akan mengecewakan hambaNya apalagi seorng muslim, makasi menginspiasikan impian...aq apa ya ^_^

    BalasHapus
  16. iya, kegagalan adl sukses yg tertunda, benar2 fokus pada keinginan yg diraih, Allah tidak akan mengecewakan hambaNya apalagi seorng muslim, makasi menginspirasikan impian...aq apa ya ^_^

    BalasHapus
  17. Sugee..
    Pantang menyerah!
    Ngmg2 dimas san kuliah di univ apa? XD

    BalasHapus
  18. We... Mau Nyusul aku mas... Semoga bisa aku nyusul di jepang...:D

    BalasHapus
  19. mas...tanya..sistim skor utk ujian tulisnya itu gimana...? salah (-1), benar (+4),atau bagaimana...? mhon jwbnnya...trimakasih

    BalasHapus