Selasa, 20 Oktober 2009

Kemana Perginya Tarbiyah yang Dulu?

Selayaknya, bagi jiwa-jiwa yang mengazzamkan dirinya di jalan ini, menjadikan dakwah sebagai laku utama. Dia lah visi, dia lah misi, dia lah obsesi, dia lah yang menggelayuti di setiap desah nafas. Dia lah yang akan mengantarkan jiwa-jiwa ini kepada ridho dan maghfiroh Tuhannya kelak (Izzis).

Sungguh...

Aku rindu suatu masa ketika halaqoh adalah kebutuhan, bukan sekedar sambilan apalagi hiburan.

Aku rindu suatu masa ketika membina adalah kewajiban, bukan pilihan apalagi beban dan paksaan.

Aku rindu suatu masa ketika dauroh menjadi kebiasaan, bukan sekedar pelengkap pengisi program yang dipaksakan.

Aku rindu suatu masa ketika tsiqoh menjadi kekuatan, bukan keraguan apalagi kecurigaan.

Aku rindu suatu masa ketika tarbiyah adalah pengorbanan, bukan tuntutan dan hujatan.

Aku rindu suatu masa ketika nasihat menjadi kesenangan, bukan su'udzon atau menjatuhkan.

Aku rindu suatu masa ketika setiap kader selalu memberi untuk Islam, tanpa mengharapkan menerima untuk setiap kerja dakwahnya.

Aku rindu suatu masa ketika seorang kader akhwat tidak hanya menghiasi dirinya dengan jilbab lebar warna warni, tetapi juga ikut menghiasi akhlaknya.

Aku rindu suatu masa ketika seorang kader ikhwan ikut liqo atau halaqah hanyalah berlandaskan keikhlasan semata, tanpa ada embel-embel niat untuk mendapatkan akhwat berjilbab.

Aku rindu suatu masa ketika setiap kader tidak hanya menghiasi dirinya dengan simbol-simbol Islam, tetapi senantiasa mengaplikasikan substansi mendasar Islam.

Aku rindu suatu masa ketika setiap kader tidak hanya sekedar mencatat atau menghafal materi tarbiyah, tetapi juga fokus pada tataran pemahaman dan amal.

Aku rindu suatu masa ketika kita semua memberikan segalanya untuk dakwah ini.

Aku rindu suatu masa ketika nasyid ghuroba menjadi lagu kebangsaan.

Aku rindu suatu masa ketika hadir di liqo adalah kerinduan, dan terlambat adalah kelalaian.

Aku rindu suatu masa ketika malam gerimis pergi ke puncak mengisi dauroh dengan ongkos ngepas dan peta tak jelas.

Aku rindu suatu masa ketika seorang ikhwah benar-benar jalan kaki 2 jam di malam buta sepulang tabligh dakwah di desa sebelah.

Aku rindu suatu masa ketika akan pergi liqo selalu membawa uang infak, alat tulis, buku catatan dan Qur'an terjemahan ditambah sedikit hafalan.

Aku rindu suatu masa ketika seorang binaan menangis karena tak bisa hadir di liqo.

Aku rindu suatu masa ketika tengah malam pintu depan diketok untuk mendapat berita kumpul subuh harinya.

Aku rindu suatu masa ketika seorang ikhwah berangkat liqo dengan ongkos jatah belanja esok hari untuk keluarganya.

Aku rindu suatu masa ketika seorang murobbi sakit dan harus dirawat, para binaan patungan mengumpulkan dana apa adanya.
 
Aku rindu zaman itu...
Aku sangat rindu...
Suatu zaman yang pernah kami alami bersama, dahulu.

Ya ALLAH,
Jangan Kau buang kenikmatan berdakwah dari hati-hati kami.
Jangan Kau jadikan hidup ini hanya berjalan di tempat yang sama.

Ya Rabbi... istiqomahkanlah kami di jalan-Mu. Jangan sampai kami tergelincir ataupun terkena debu-debu yang dapat mengotori perjuangan kami di jalan-Mu, yang jika saja Engkau tak tampakkan kesalahan-kesalahan itu pada kami sekarang, niscaya kami tak menyadari kesalahan itu selamanya. Ampunilah kami ya Allah... Tolonglah kami membersihkannya hingga cermin hati kami dapat bercahaya kembali. Kabulkanlah ya Allah. 

28 komentar:

  1. Speechless kang..
    Jazakallah udah ngingetin..

    BalasHapus
  2. serasa ditampar...plakkkk....bukan jasad yang ditampar, apalagi wajah (emang aturannya engga boleh), tapi hati.... thx a lot

    BalasHapus
  3. masya Allah...rindu saat2 itu...rindu ketika semua amalan kita ikhlaskan hanya untuk meraih ridha-Nya...tanpa embel-embel imbalan dan pujian sana-sini...rindu bangeeetttzzz....hicks...:((

    izin share di fb ya...jazakallah udah ngingetin lagi....

    BalasHapus
  4. kenapa jd pada speechless? apa kita sekarang benar2 dlm kondisi yg berlawanan dari kondisi di atas...?

    BalasHapus
  5. bukan berlawanan akhi...tapi menyadari banyak dari kondisi di atas yang hilang saat ini...masing2 mencoba memperbaiki diri....insya Allah

    BalasHapus
  6. Kenapa hanya sekedar rindu...?
    Mari, mari kita hidupkan kembali saat-saat seperti itu jika memang nuansa itu telah pergi.

    BalasHapus
  7. rindu saja tdk cukup, semoga dibaca oleh para murobbi dimanapun & mad'u dimanapun.
    Meski u/ point ini di era Hp saat ini:
    "Aku rindu suatu masa ketika tengah malam pintu depan diketok untuk mendapat berita kumpul subuh harinya."
    Sdh bisa diketuk dgn SMS atau telp, kecuali ikhwah yg tdk ada komunikasi.
    Oh iya, izin re-posting dgn di edit sepeprlu-nya u/ sesuikan dgn era sekarang.
    http://jsattaubah.multiply.com/journal/item/1622/Mencari_Tarbiyah_Yang_Hilang_Hanya_Yang_Ngerti_Yang_Akan_Nge-Klik

    BalasHapus
  8. izin copas untuk buletin KAMMI, insya Alloh saya buat nama penulisnya. terima kasih sebelumnya.

    BalasHapus
  9. tfs, bro..

    sumber aslinya dari mana yah?
    bbrp waktu lalu juga sempet liat di milis... tp g ketauan euy...

    BalasHapus
  10. Komplit. Permasalahan2 tarbiyah kekinian diungkap semua..
    Dan kata istiqomah menjadi untaian doa yg indah. Fastaqim!

    BalasHapus
  11. itu karena saya juga pernah merasakan itu. pintu diketuk malam-malam untuk kumpul di subuh harinya.
    menggambarkan apa yg saya alami dulu waktu masih SMA (belum punya HP dan HP masih dianggap barang mahal)

    BalasHapus
  12. wah kalo yg antum dapat ane gak tau ya akh...
    tulisan ini sebenarnya sudah pernah saya posting di bulletin board friendster 2 tahun yg lalu. hanya pas postingan kali ini saya tambahkan lirik izzis di awal paragraf, dan sedikit penambahan di inti paragrafnya...

    BalasHapus
  13. naruhodo.....

    tadi nyoba ngubek2 google..
    yg paling awal yg ana temui ttanggal 10 mei 2005 itupun ngutip, karena dia nulis..
    "Di ketik ulang dari secarik kertas yang ditempel di papan pengumuman musholla tempat biasanya sholat berjamaah"
    ada 2-3 kalimat sih yg beda dg punya ente...

    just curious... :)
    barakallahu fiik

    BalasHapus
  14. "Aku rindu suatu masa ketika hadir di liqo adalah kerinduan, dan terlambat adalah kelalaian."

    i wish i could voicing this out in my writing too. but no one understand it. it's quite difficult when u have the different thought compared to ur cycle of friends. perception about liqo--> something strange and it is just for someone who is pious.

    BalasHapus
  15. well.. maybe you can change 'liqo' into 'mengaji'. i guess it has same meaning isn't it? eventhough sometimes it's specialized for 'ikhwah' only. but it's true.. in this context, i choose that word specialized for tarbiyah movement.

    BalasHapus
  16. yeah maybe ure right. should try. we usually just call it usrah. people can accept it but not all of them. thanks anyway ;)

    BalasHapus
  17. afwan.. ane share di fb moga bermanfaat buat yg laen..

    BalasHapus
  18. kalo rindu, brarti iman kita msh hidup. Syukuri dulu yg ini, lalu mari kita sama2 hidupkan dg lebih terang.
    Izin tampilkan URL nya di FB
    Jazakallah

    BalasHapus