Jumat, 28 Mei 2010

Bangsa yang Suka Menghina Diri Sendiri

Bangsa Indonesia gemar mencemooh bangsa sendiri. Apabila ada insan atau lembaga Indonesia melakukan kesalahan, segera mereka dihujani cemooh bodoh,tidak becus, tidak profesional, buta manajemen, tidak berjiwa entrepreneur, terbelakang, primitif dan aneka ragam caci maki lain. 

Pendek kata, kita gemar mencemooh bangsa kita sendiri sebagai bangsa serba-tidak bisa di samping pemalas dan korup. Sambil mencemooh kita juga gemar membandingkan diri dengan bangsa lain, terutama bangsa negara-negara maju yang selalu dianggap pintar, rajin, tekun, terampil, profesional, unggul manajemen, berjiwa entrepreneur, progresif, modern, visioner, dan aneka ragam pujian setinggi langit ketujuh. Mungkin kita tidak tahu atau tidak mau tahu bahwa gedung kebanggaan Kota Sydney, Sydney Opera House (SOH), dibangun dengan biaya berlipat ganda melebihi anggaran yang semula dirancang pemda setempat. Eksterior SOH memang memesona dan layak dinobatkan sebagai landmark Kota Sydney,namun interiornya tidak layak dipuji, apalagi dipesonai. 

Di samping terkesan asal jadi, akustik hall utama SOH merupakan salah satu yang terburuk di dunia karena secara akustik tidak layak untuk pergelaran opera, padahal namanya Sydney Opera House! Di samping itu letak lokasi parkir mobilnya tidak manusiawi karena terlalu jauh dari gedung SOH itu sendiri.Belum terhitung berapa korban jiwa berjatuhan pada saat membangun konstruksi atap SOH nan spektakuler tapi sangat berbahaya bagi keamanan bahkan nyawa para pekerja bangunan. Pendek kata,apabila bangunan spektakuler bermasalah itu dibangun di Jakarta, maka pasti pembangunnya, termasuk arsitekturnya, habis dicaci maki sebagai tidak becus, tidak profesional, berbahaya, bahkan korup akibat anggaran terbukti membengkak seperti gajah obesitas sedang menderita sembelit dan beri-beri! 

Anggaran biaya pesawat terbang Concorde,penembus ambang kecepatan suara itu juga tidak kalah menggelembung ketimbang SOH, bahkan belasan kali lipat lebih besar ketimbang anggaran yang semula ditetapkan. Hasil pemasaran penerbangan Concorde juga tidak seperti yang diharapkan, bahkan akhirnya bangkrut. Terbukti kini pesawat supersonik tersebut sudah menjadi sejarah belaka. Andaikata yang merancang dan memproduksi pesawat terbang gagal itu adalah IPTN,apalagi di bawah pimpinan Prof Dr BJ Habibie yang di Eropa dipuja puji sebagai tokoh industri aeronautika itu,pasti habis dicaci maki sebagai tidak becus,tidak profesional, bahkan korup akibat anggaran yang terbukti membengkak seperti perut gajah bunting tua sambil tidak bisa kentut . 

NASA belum lama berselang ini meluncurkan balon raksasa (121 meter!) dengan muatan peralatan teleskop yang khusus dirancang untuk meneropong alam semesta di ketinggian tidak tercapai jangkauan indera lihat manusia di kawasan gurun outback Australia tengah. Ketika baru saja mulai meninggalkan permukaan bumi, mendadak gondola yang bergantung di balon raksasa itu lepas, sehingga teleskop yang juga berukuran raksasa dan luar biasa mahal itu jatuh kembali ke bumi menimpa pagar kawasan parkir mobil di Alice Springs Balloon Launching Centre, di dekat Kota Alice Springs di kawasan gurun Australia tengah. 

Teleskop yang hancur lebur itu bukan kelas sembarangan dan sama sekali tidak murah biaya pembuatannya karena merupakan nuclear compton telescope (NCT), sebuah teleskop berteknologi nuklir karya astronom Steven Boggs dan rekan-rekannya di University of California, Berkeley, California, untuk penelitian sumber-sumber astrofisikal di angkasa semesta. 

Andaikata yang merancang balon raksasa penggendong teleskop raksasa luar biasa mahal itu adalah para ilmuwan LIPI dan peluncuran yang gagal dilakukan para guru besar ITB didukung para mahasiswa ITS di gurun pasir Gunung Bromo, pastilah mereka habis dicaci maki sebagai terbelakang, primitif, tidak profesional, tidak becus manajemen dan masih ditambah korupsi suku cadang konstruksi balon maupun teleskop, sehingga kandas mengangkasa itu. Itu juga akan menjadi bukti bahwa kita memang gemar mencemooh karsa dan karya bangsa kita sendiri!

NOTES: artikel ini dicontek dari blognya Aziyati Dzata Ishma yang baru bikin blog lagi. Sekalian aja silahkan di add biar temannya banyak.  Hehehe...

9 komentar:

  1. terkadang proses yang seharusnya di nilai malah terbelakangi karena saking antusiasnya dengan hasil.. alhasil jika hasil tidak memuaskan cemoohlah yang didapat, memang perlu menilik kembali pada diri masing-masing, introspeksi dirilah untuk selalu bisa respect sama apapun karya orang lain ..

    BalasHapus
  2. ya bginilah, karena kita sudah terlalu sering disuguhi kasus2 korupsi dan ketidakbecusan pejabat dan anggota DPR dengan berbagai macam ulahnya baik yang terekspos maupun yang belom terekspos
    akhirnya setiap ada kesalahan dalam sebuah proyek, pasti akan ada hujan caci maki... heheheh

    BalasHapus
  3. Sepertinya itu sudah menjadi bagian bawah sadar kita, sehingga sudah terotomatisasi.. entahlah..

    BalasHapus
  4. astaghfirullah...jangan-jangan saya juga begitu

    BalasHapus
  5. iya kadang suka bingung sama orang yang terlalu mudah mencemooh bangsanya sendiri..
    nice sharing:D

    BalasHapus
  6. sudah banyak korbannya... saya juga jadi salah 1 korbannya...
    hehehehe...

    BalasHapus
  7. Udah prnh baca dimanaaa...gitu... Tapi lupa, hehe :D

    Jfs, mas dimas...

    BalasHapus
  8. Mas barangkali maksud nya baik dengan penulis artikel ini, namun sayang tdk di sertai dengan komparasi apple to apple dengan kasus yg seimbang proporsional.
    pendek kata, apakah penulis melakukan riset tentang tindakan hukuman yg di lakukan kepada kontraktor pembangun opera house sydney? Apakah penulis mengetahui dengan pasti setelah kecelakaan tersebut tindakan preventif apa yg di lakukan pemerintah kota sydney untuk mencegah kasus serupa terulang? Apakah penulis punya data semenjak opera house sydney dibangun berapa banyak jiwa pekerja meninggal di Sydney akibat pekerjaan konstruksi?? Coba jika dapat angka nya (terpaksa) harus di compare dengan data angka kecelakaan konstruksi di Indonesia sejak tahun yg sama. Apapun hasil nya pendek kata, negara manapun tidak akan resisten akan kecelakaan, kegagalan, fungsi manajemen yg buruk, atau hal2 negatif apapun itu. Yg menjadi sorotan adalah TINDAKAN preventif utk mencegah hal itu berulang yg mana akan menunjukan kemajuan berpikir suatu bangsa.

    Contoh simple dunia penerbangan kita, coba sebut angka kecelakaan pesawat 30 thn terakhir, dan perhatikan pola pengulangan nya. Bandingkan (sekali lagi terpaksa) dengan jumlah kecelakaan pesawat komersil di negara2 seperti Jepang, Australia, Amerika, dan Eropa lain nya. Perhatikan data utama nya, penyebab kecelakaan nya..

    Di negara lain kecelakaan disebabkan oleh faktor human design yg lbh meng kerucut lg ketika individu tersebut di benahi maka pengulangan sangat jarang terulang. Dimana di Indonesia penyebab nya adalah sistem regulasi penerbangan yg sangat rentan dalam supervisi keamanan, kualitas, hingga ke seluruh infrastruktur penerbangan nasional yg menyebabkan terbang hanya menunggu waktu hingga korban berikut berjatuhan (tdk ada hubungan nya ya dengan kehendak TUHAN)

    So inti nya adalah seorang patriot bangsa adalah belum tentu mereka yg tdk pernah mengkritik hal2 fundamental yg menjadi essensi dasar permasalahan, malahan mereka yg diam dan memuji kebobrokan sistem justru adalah penghianat bangsa tercinta ini.

    Sekali lagi menghina bangsa sendiri merupakan tindakan tidak terpuji dari aspek manapun, namun ada dosa yg lebih dahsyat lagi yaitu melakukan pembiaran massal terjadi dengan berdalih cinta bangsa maka membuat bangsa sendiri resisten terhadap pengaruh positif sistem manajemen bangsa lain yg jelas terbukti baik ada nya.


    Regards

    BalasHapus