Ayah... Apa yang kau kenang tentang ibu?
Wajahnya menerawang... ia menjawab...
Ibu adalah bunga
Ibu adalah angin sejuk
Ibu adalah mutiara di dasar lautan, yang sangat mahal harganya
Dan ibu adalah satu yang terbaik dari semua wanita yang pernah ayah temui
Tampak rona diwajahnya
Luar biasa, ayah tersipu!
Ayah berkata lagi...
Dulu, ibu adalah pujaan banyak orang
Para ibu berebut menjadikannya menantu
Teman-teman ayah berebut menjadikannya bunga
Semua yang ada pada ibumu disuka mereka
Lalu, bagaimana ibu bisa memilih ayah?
Ayah tersenyum penuh arti...
Karena ayah datang dengan sederhana...
Dengan sederhana? Tanyaku
ya, Anakku. Ayah tak datang dengan harta yang berkilauan
Ayah tak datang dengan janji hidup mapan seperti yang lain
Saat itu ayah hanya menawarkan sebuah kehidupan yang takkan pernah berwarna semu sampai akhir hayat
Karena ayah menawarkan keabadian...
Apakah itu, Yah? Tanyaku
Keabadian itu adalah sebenar perjuangan di jalan Allah dan pendakian tasbih menuju jannahNya...
Lalu dengan kesederhanaan ayah, ibu membuka hati pada ayah?
Ya anakku, Karena ibumu pun mencari keabadian itu, bukan sekedar rumah mewah, gaji yang besar, hidup mapan, atau berbagai standar kemuliaan yang dicanangkan orang...
Lalu apa yang membuat ayah begitu berkhidmat pada ibu?
Ayah tersenyum lagi...
Karena ibu memiliki apa yang tak dimiliki wanita lain...
Apakah itu, Yah? Tanyaku
Ibu memiliki kesabaran yang seluas lautan, dan itu terpancar dari setiap ramah budi pekertinya
Tahukah kamu, kesabaran itu adalah suatu hal yang teruji, ia tak tampak di mata, namun akan nampak jika Allah menghendaki itu tampak.
Kesabaran perempuan adalah ketika ia akan menjadi sekokoh karang saat dihadapkan pada badai ujian, dan akan berubah menjadi selembut kapas jika ia melihat sesuatu yang harus ditolongnya...
Ia akan sangat tahan pada berbagai bentuk ujian, bahkan ujian kebahagiaan sekalipun
Dan kesabaran bukanlah rona jingga yang disapukan dengan sengaja pada kanvas, namun ia adalah keaslian rona merah sang mawar.
Maksud Ayah? Aku mengerutkan kening...
Anakku, kesabaran tidak mungkin dibuat-buat, namun akan memancar dengan sendirinya tanpa ada yang mencegah..
dan ini yang akan menjadi sumber kebahagiaan kala mengarungi bahtera hidup
Aku juga ingin menjadi penyabar seperti ibu, Yah...
Belajarlah pada ibu, Nak..., niscaya kamu akan menjadi laki-laki paling bahagia...
Apa lagi yang ayah kagumi dari ibu...?
Hmm, ibumu memiliki jiwa yang sangat lembut...
Dengan kelembutannya ia menjadi penyayang pada anak-anak, pengasih pada orang lemah dan pengagum sosok cerdas tempatnya bertanya tentang cahaya ilmu...
Berarti ibu kagum pada ayah karena ayah cerdas kan?
Ayah tersipu lagi...
Semua laki-laki harus cerdas anakku
Seorang laki-laki harus berupaya terus berburu ilmu, karena ia akan menjadi qawwam, tempat bertanya...
Namun cerdas bukan diukur dari seberapa banyak ia hafal kitab, seberapa banyak ia menguasai ilmu, namun pada seberapa besar semangatnya untuk thalabul ’ilm
Karenanya anakku, Jika kau ingin bahagia..., menjadilah seperti ibumu dan carilah perempuan yang datang dengan sederhana...
Bukan yang datang dengan emas berlian?
ayah menggeleng, itu akan sirna
Bukan dengan jabatan, keturunan, dan kedudukan di mata manusia?
Ayah menggeleng, ilmu tanpa hati akan membawamu ke semesta terjauh dari Tuhan
Bukan juga yang sempurna segalanya?
Ayah menggeleng, karena ketidaksempurnaannya kau yang akan melengkapi, begitupun sebaliknya...
Berarti, Yah, sesungguhnya laki-laki yang paling beruntung adalah laki-laki yang mendapatkan wanita penyabar dan lembut.
Dan wanita yang paling beruntung adalah wanita yang mendapatkan laki-laki yang datang dengan sederhana, namun bersemangat untuk belajar dan berjuang? Begitukah, Yah? Aku mencoba menyimpulkan
Ayah mengangguk dan tersenyum penuh arti